Ibunda Fabioli, Syuli Umboh, mengaku bahwa biaya pemulihan anaknya ini tak bisa dibilang murah. Meski enggan menyebut jumlahnya, tapi jelas dana yang dihabiskan memang tidak sedikit.
“Mobil dijual, asset lain dijual, semua dijual untuk biaya dia. Padahal ada tawaran main sinetron, tapi gagal diambil karena peristiwa (penyiraman air keras) itu,” ujar Syuli kepada medcom.id di Jakarta, Selasa 21 April 2017.
Fabioli mengalami serangan air keras pada saat berusia 17 tahun. Penderitaan Fabioli adalah luka bakar cukup parah pada kulit bagian kanan punggung, mata, telinga, leher, dan sekitar mata. Sebagian besar di bagian kanan tubuhnya. “Untung tidak kena kornea. Kalau kena, dia terancam buta,” kata Syuli.
Serangan air keras memang meninggalkan bekas luka bakar. Warna kulit bagian tubuh yang terkena siraman air keras berubah-ubah. Mulai dari merah, biru, hingga hitam seperti daging busuk.
“Kayak kena setrikaan. Kadang-kadang wajah bengkak, melepuh, beberapa hari kemudian jadi hitam, kuku hancur,” kata Fabioli yang ditemui dalam kesempatan yang sama.
Baca: Korban Air Keras yang Mencari Keadilan
Selama lukanya belum kering total, Fabioli harus tidur pada posisi menyamping ke kiri. Jika salah posisi akan memperparah lukanya. Belum lagi, Fabioli harus mengkonsumsi obat beraneka macam setiap hari.
Saat peristiwa penyerangan, Fabioli mendapat perawatan intensif selama dua minggu di rumah sakit. Tiga hari kemudian, setelah dipebolehkan pulang, timbul masalah pada telinga Fabioli. Fabioli mengeluh sakit dan gatal di dalam rongga telinganya.
“Lukanya yang ada di lubang telinga meledak, keluar nanah,” tutur Fabioli.
Panik, Fabioli pun kembali dibawa ke rumah sakit khusus THT-Bedah KL yang berada di Jalan Proklamasi, Jakarta. Setelah dicek, ada kebocoran pada gendang telinga. Fabioli tidak bisa mendengar secara sempurna. Dia juga tidak diperbolehkan berenang seumur hidup.
Fabioli jadi punya masalah sensitivitas pendengaran. Telinganya kini tidak bisa lagi menerima gelombang suara yang terlalu kuat. Bunyi-bunyian keras, bahkan musik yang disetel dengan volume besar pun bisa amat menyiksanya.
“Kalau lagi dipesawat sakit banget. Apalagi kalau ke toilet pesawat, saya tidak berani menekan tombol toiletnya,” katanya.
Fabioli mengaku stress berat jika membayangkan harus menjalani hidup dengan bekas luka bakar yang menganga. Apalagi, Fabioli masih sangat muda. Dia tidak tahu apakah akan kuat mengahadapi cibiran dari lingkuan sekitar.
“Bagaimana ya, aku kan masih muda, malulah dilihati orang. Ada rasa seperti itu, tapi beruntung, semua orang-orang disekitarku tak paham dengan apa yang aku alami, mereka menerima, tak ada yang mengejek,” ungkap dia.
Saat ini, bekas luka pada bagian wajah, leher, dan daun telinga sudah menghilang. Wajah Fabioli sudah sembuh total. Hanya saja, pada bagian tubuh tertentu, bekas luka tidak bisa hilang.
Ikhlas
Kepada medcom.id, Fabioli secara gambling menceritakan pengalaman pahitnya. Meski tampak berusaha tegar, namun kesan trauma masih tetap ada. Demi masa depan, ia memilih untuk tidak terlalu memikirkannya, terutama trauma psikologisnya.
Fabioli bahkan meyakini semua yang telah menimpanya adalah kehendak Tuhan. Maka dari itu, ia sadar ada hikmah di balik semua ini. Setiap kejadian memeiliki nilai positif yang bisa dipetik.
“Kejadian ini dari Tuhan, aku nggak bisa menolak itu. Mungkin, Tuhan kasih begini ada hikmahnya. Kenapa berani, karena buat apa ditutupin? Hidup aku nggak berhenti di sini. Aku masih harus mengejar cita-cita, masih harus kuliah, masih banyak kegiatan yang bisa aku lakukan,” paparnya sembari tersenyum.
Menurut dia, pengalaman apapun nilainya sangat berharga dan harus dibagi. Dia berharap, siapapun orang yang mengalami korban kejahatan air keras, jangan pernah berpikir untuk menyerah dalam meraih cita-citanya, kesempatan di masa depan, serta kehidupan yang lebih baik.
“Aku suka berbagi, biar orang tahu kalau korban penyiraman air keras nggak memebuat hidup kita berhenti,” pesan Fabioli.
Memaafkan
Hal senada diungkapkan oleh vokalis band Saint Loco, Barry Manoch. Ia juga menjadi korban penyiraman air keras. Barry disiram air keras oleh orang tak dikenal saat mengadakan sesi foto bersama fans di lobi Hotel Savana, Malang, Jawa Timur, Sabtu 26 Oktober 2013.

Vokalis Saint loco Berry Manoch saat menjalani perawatan di RS Grha Kedoya, Jakarta, Rabu 30 Oktober 2013. (ANTARA/Muhammad Adimaja)
Barry mengambil banyak pelajaran tentang kehidupan dari peritiwa kelam itu. Dia juga sudah memafkan pelakunya dan tidak menyimpan dendam. Kini, kehidupan Barry sudah lebih tenang.
Pria yang memutuskan menjadi mualaf ini sudah berdamai dengan masa lalunya. Kini, Barry mantap menatap dan melangkah untuk masa depannya.
“Peristiwa itu lumayan shocking traumanya dan saya sudah move on,” pungkas Barry kepada medcom.id, beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News