Penyidik KPK Novel Baswedan (kedua kanan) menjawab pertanyaan wartawan saat dikunjungi Wadah Pegawai KPK di kediamannya, di Kelapa Gading, Jakarta. (ANTARA/Hafidz Mubarak).
Penyidik KPK Novel Baswedan (kedua kanan) menjawab pertanyaan wartawan saat dikunjungi Wadah Pegawai KPK di kediamannya, di Kelapa Gading, Jakarta. (ANTARA/Hafidz Mubarak).

Novel Baswedan Masih Membisu

Medcom Files novel baswedan
M Rodhi Aulia • 26 Juli 2019 20:04
PENYIDIK Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengetahui aktor intelektual penyiraman air keras terhadap dirinya. Pengakuan itu sudah lama ia ungkap.
 
Terduga aktor utamanya diyakini bukan sembarang orang: jenderal aktif di kepolisian.
 
Saat itu pula Novel ingin kasusnya diungkap. Ia mendesak aparat berwenang mengungkap kasus itu agar terang-benderang. Namun aparat saat itu belum bisa menjawab harapan Novel. Hingga pada akhirnya Kapolri Jenderal Tito Karnavian membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengambil-alih kasus Novel.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Setelah enam bulan bekerja, kasus novel masih buram. Alih-alih menemukan aktor intelektual dan pelaku lapangannya, TGPF malah merekomendasikan tim teknis baru untuk menyelidiki kasus ini. Lantas saja, TGPF dicibir. Tanggapan miring bertubi-tubi terus berdatangan. Novel pun disebut kecewa terhadap kinerja TGPF yang berisi 65 orang tersebut. Sebab, bukannya mengungkapkan identitas pelaku, hasil temuan TGPF justru bikin Novel terpojok. Penyidik senior KPK itu malah disebut menggunakan wewenang secara berlebihan.
 
"Novel sudah bersama kami dan menyampaikan bahwa sangat kecewa dengan TGPF karena membuat Novel sebagai korban semakin terpukul," kata Ketua Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yudi Purnomo Harahap di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Rabu 17 Juli 2019.
 

Novel Baswedan Masih Membisu
Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo (kedelapan kiri) bersama Penyidik KPK Novel Baswedan (tengah) dan tokoh masyarakat serta mahasiswa mendeklarasikan hari teror pemberantasan korupsi pada peringatan dua tahun kasus kekerasan yang menimpa Novel di depan gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/4/2019). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso).
 

Tak kooperatif

Namun, TGPF tak mau sepenuhnya disalahkan. Belum terungkapnya pelaku lantaran juga Novel tak kooperatif terhadap TGPF.
 
Juru Bicara TGPF, Hendardi berbagi cerita dan pengalaman ketika memeriksa Novel--kepada kami. Hendardi bilang Novel pelit informasi.
 
Novel yang berulang kali menyampaikan kepada publik soal terduga pelaku penyiraman air keras itu, mendadak bisu ketika berhadapan dengan tim penyelidik TGPF. Informasi yang kami terima dari seorang sumber, saat Novel masih di Singapura dulu juga demikian.
 
Setiap kali pertanyaan soal itu dilontarkan penyelidik, Novel selalu mengelak dan membelokkan perbincangan ke hal-hal lain. Pula saat disambangi TGPF ke kantornya, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Novel sama sekali tidak mau membocorkan sosok jenderal yang dimaksud.
 
Bahkan, sebelum merampungkan tugasnya, TGPF sengaja mendatangi lagi Novel di kantornya, pada Kamis siang 20 Juni 2019. Novel terus dibujuk. Tapi, dia tetap tak mau bersuara.
 
"Saya tanya, Mas Novel sudah mengatakan ada jenderal terlibat. Coba deh kasih petunjuk supaya kita kejar," kata Hendardi kepada Medcom Files.
 

Novel Baswedan Masih Membisu
Juru Bicara TGPF, Hendardi. (MI/Rommy Pujianto).
 

Tak dapat jawaban dari Novel, TGPF lantas memburu informasi dari orang-orang terdekat Novel. Hasilnya tetap nihil.
 
"Ketika kami periksa Novel dan pengacaranya serta Wadah Pegawai yang sering muncul di media, mereka enggak pernah memberikan satu pun petunjuk," kesal Hendardi.
 
Bahkan, kata Hendardi, pihaknya pernah mencari cara lain agar Novel mau buka mulut. Pihaknya meminta bantuan Indriyanto Seno Adji. Ia adalah mantan Pelaksana Tugas Wakil Ketua KPK alias mantan bosnya Novel.
 
Hendardi berharap Novel mau terbuka. Tapi, lagi-lagi Novel menolak memberikan informasi yang ia miliki.
 

Novel Baswedan Masih Membisu
Mantan Pelaksana Tugas Wakil Ketua KPK Indriyanto Seno Adji. (MI/Rommy Pujianto).
 

Alih-alih menjawab pertanyaan, Novel malah membelokkan pertanyaan itu dengan mengajukan syarat. Ironinya syarat yang diberikan itu sama sekali bukan kewenangan TGPF. Yaitu pembentukan tim baru oleh Presiden RI dan pengusutan semua kasus serupa yang menimpa para penyidik KPK lainnya. Bagi Hendardi, permintaan Novel itu melampaui kewenangan TGPF.
 
"Jadi kalau Anda mengatakan kooperatif atau tidak kooperatif, (Novel) tidak kooperatifnya dalam konteks itu. Tidak membantu memberikan petunjuk. Tapi hanya melempar asumsi, opini. Kami ini tim pencari fakta, bukan pencari asumsi, opini, fantasi, apalagi sensasi," tandas Hendardi.
 
Sampai sekarang, Novel masih merahasiakan nama jenderal sebagai pihak yang diyakininya paling bertanggung jawab dalam atas kasus penyiraman air keras. Ia berpandangan, street crime atau pelaku lapangan tidak bisa serta-merta dapat dibuktikan dengan motif atau aktor intelektual.
 
"Saya diminta menyampaikan seluruhnya. Saya katakan bahwa ketika saya bicara soal motif, latar belakang, siapa di balik itu, itu tidak terkorelasi langsung dengan pembuktian pelaku lapangan. Karena poin utama mengungkap pelakunya adalah dengan cara melihat TKP (tempat kejadian perkara)," kata Novel dalam program Mata Najwa beberapa waktu lalu.
 
Novel menegaskan, ia khawatir menyerahkan semua keterangan kepada TGPF. Apalagi TGPF tidak mau menindaklanjuti syarat-syarat yang ia berikan.
 
"Saya khawatir tidak digunakan untuk pembuktian, tapi bisa menghapus jejak secara sempurna. Oleh karena itu wajar saya meminta teror kepada KPK diungkap semuanya," pungkas Novel.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WAN)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan