Peristiwanya terjadi pada Selasa 11 April 2017 sekira pukul 05:10 WIB, seusai salat subuh berjamaah di masjid, Novel pulang dengan berjalan kaki sendirian menuju rumahnya. Baru beberapa langkah meninggalkan masjid, tiba-tiba dari arah belakang dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor menghampirinya. Berhenti tepat di depan Novel, salah seorang dari mereka langsung menyiram bahan kimia itu ke wajahnya.
Novel kontan belingsatan. Kedua matanya payah dibuka, pandangan jadi gelap-gulita. Sambil menahan rasa sakit, Novel buru-buru berbalik arah menuju masjid. Saking paniknya, Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu sempat jatuh setelah kepalanya membentur dahan pohon nangka.
Tetapi, ia langsung bangkit dan bergegas lagi sambil merintih pilu. Tempat yang ia tuju adalah keran air di samping masjid yang biasa digunakan untuk berwudhu. Seampainya di situ, ia segera menyalakan keran dan membasuh wajahnya dengan air yang mengucur. Beberapa warga kompleks, tetangganya yang turut berjamaah salat subuh dan masih berada di sekitar masjid, sempat menyaksikan kejadian itu. Tetapi mereka hanya melongo, layaknya orang heran dan bingung. Setelah mendengar teriakan yang menyayat hati dari Novel saat mengalirkan air ke wajahnya di bawah keran itu, barulah mereka paham apa yang terjadi.
Sadar atas kegemparan di sekitarnya, Novel pun meminta bantuan. “Tolong! Bawa saya ke rumah sakit!,” ujar Novel yang terdengar seperti bentakan kepada orang-orang yang mendekatinya.
Tergopoh-gopohlah warga melarikan Novel ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara. Novel segera mendapat pertolongan dan menjalani perawatan intensif.

Pemberani
Sulit untuk tidak menuding bahwa kedua pelaku sudah merencanakan kejahatan ini jauh hari sebelumnya. Dari berbagai informasi yang dihimpun medcom.id, warga mengetahui ada sosok mencurigakan yang mondar-mandir di lingkungan kompleks perumahan selama sekitar dua pekan menjelang peristiwa penyiraman air keras ke Novel. Seperti memantau gerak-gerik seseorang yang menjadi sasaran aksinya. Para penguntit bahkan turut menjadi jamaah salat subuh di masjid.
Novel pun mengaku tahu ada orang-orang yang membuntutinya. Karena gelagat mereka tak biasa. Novel sempat mencoba menghampiri orang yang terus mengikutinya. Namun, tak berhasil, penguntit itu keburu kabur.
“Dia sudah biasa diikuti orang. Jadi, dia juga bawa santai saja,” kata Taufik Baswedan yang merupakan kakak kandung Novel kepada medcom.id, Selasa 25 April 2017.
Taufik mengungkapkan, Novel kerap bercerita tentang pengalaman dibuntuti orang asing selama bertugas menjadi penyidik KPK. Memang, menurut Taufik, Novel seorang pemberani. Upaya-upaya intimidasi tak membuat Novel ciut nyali.

Serangkaian teror menghiasi perjalanan karir Novel di lembaga antirasuah. Tercatat, pada Juni 2012, Novel pernah mendapat serangan dari sekelompok orang. Saat itu, Novel tengah mengusut kasus dugaan korupsi yang melibatkan mantan Bupati Buol, Amran Batalipu.
Novel memimpin operasi penagkapan Amran setelah kedapatan menerima suap dari pengusaha terkait pembebasan lahan. Sayangnya, Amran berhasil kabur dari sergapan penyidik KPK lantaran dilindungi para pengawalnya. Amran memang dikenal memiliki basis massa yang cukup besar.
Novel nekat mengejar Amran menggunakan sepeda motor. Apa daya, upaya pengejaran juga diganggu massa pendukung Amran. Sepeda motor yang ditunggangi Novel ringsek ditabrak mobil rombongan Amran. Beruntung, Novel hanya mengalami luka-luka.
Seminggu kemudian, Amran ditangkap di rumahnya. Penangkapan dilakukan dengan bekerjasama dengan Polda Sulawesi Tengah. Penangkapan berhasil dilakukan karena massa Amran tiba setelah penangkapan.
Tak sampai sebulan, Novel kembali mendapat serangan teror. Juli 2012, Novel dihadang seorang perwira polisi yangberpangkat lebih tinggi saat melakukan penggeledahan di Markas Korlantas.
15 Oktober 2015, Novel sempat mengalami kecelakaan usai menyelidiki dugaan korupsi pengadaaan e-KTP di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Mobil yang membawa rombongan penyidik KPK danBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) masuk ke dalam sungai. Namun akhirnya, kecelakaan itu diduga karena sopir hilang kendali karena mengantuk.
Pertengahan 2016, pagi itu, Novel berangkat kerja menuju kantor KPK di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, menggunaka sepeda motor. Di sebuah jalan, masih tak jauh dari rumahnya, Sebuah mobil Avanza melaju kencang hingga menyeruduk Novel. Kondisi jalan kala itu masih lengang.
Novel terlempar dan tersungkur ke jalan. Dia mengalami luka cukup parah parah di bagian kaki sebelah kanan. Pelaku lalu kabur setelah melihat Novel tak berdaya.
Novel juga sempat lolos dari serangan teror pada 2011. Serangan terjadi pada saat Novel sedang menangani kasus cek pelawat. Novel luput dari serangan teror karena pelaku salah sasaran.
Pelaku awalnya ingin menabrak Novel setelah pulang bertugas di Kantot KPK. Namun, pelaku menabrak Dwi Samayo, penyidik KPK lainnya. Pasalnya, perawakan Dwi mirip dengan Novel. Dwi mengalami luka parah pada bagian kaki.
Taufik mengungkapkan, keluarga besarnya tidak pernah mendapat ancaman atau aksi teror.
Tidak neko-neko
Novel sadar betul pekerjaan seorang penyidik memiliki risiko tinggi. Kata Taufik, adiknya sama sekali tak hirau dengan banyaknya serangan yang sudah dialami.
“Hidup ini tidak akan asyik kalau datar saja. Semua itu bagian dari hidup, dan harus dilewati,” ujar Taufik menirukan ucapan adiknya.
Taufik menjelaskan, keluarga besarnya tidak memberikan respons yang berlebihan atas peristiwa yang dialami Novel. Keluarga tetap memberi dukungan kepada Novel sepanjang itu benar.
“Kita ini santai semua. Tidak ada yang patut dikhawatirkan. Fokus sekarang adalah untuk kesembuhan dia saja,” ungkap Taufik.
Jangankan ancaman, serangan fisik saja tidak membuat Novel melangkah mundur. Karena itu, ada saja pihak tertentu yang tetap coba menggangu kerja Novel dengan berbagai iming-iming.
Novel sudah sering dijanjikan hidup mewah dan bergelimang harta. Janji-janji itu diberikan melalui orang-orang suruhan yang identitasnya tak jelas.
“Dia itu orangnya tidak neko-neko (punya keinginan macam-macam). Tidak cinta dunia, tidak ingin punya rumah yang bagus, dia tidak ada pemikiran seperti itu. Dia tipe orang yang ngemong, mengayomi, dan dia sangat sayang dengan ibunya,” tutur Taufik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News