SETIAP masa kampanye politik selalu terselip janji-janji peningkatan kesejahteraan petani. Dari kampanye setingkat pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden.
Para petani dikumpulkan di suatu tempat. Berduyun-duyun mereka dikondisikan mendengar ragam jenis janji. Pastinya, janji mereka sedap didengar. Tapi terkadang susah dilihat mata telanjang, apalagi diraba. Kesejahteraan apa yang dimaksud para kandidat tersebut? Entahlah.
Pasalnya saban kampanye, janji itu ada lagi dan ada lagi. Meski sebagian wujud janji itu terlaksana. Seperti pembagian pupuk gratis, alat dan mesin pertanian dan lain-lain. Tapi banyak juga yang gaib.
Namun sejumlah anak muda mewujudkan janji-janji itu dengan kemampuan yang mereka miliki. Berawal dari sebuah ruko kecil di dekat Stasiun Lenteng Agung, Jakarta Selatan, mereka membangun TaniHub Group.
Tiga tahun lalu, sebuah startup agritech itu berdiri. Kolaborasi anak muda yang rata-rata bukan berlatarbelakang pertanian. Walakin, mereka berambisi membuat para petani gurem Indonesia dapat menikmati hasil yang adil untuk segala kerja keras mereka di ladang.
Co-Founder dan President TaniHub Group Pamitra Wineka mengatakan pihaknya menemukan peluang berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan petani. Mereka meneliti kebiasaan petani di Indonesia yang enggan memenuhi lahan mereka dengan tanaman.
Misalkan petani bawang A memiliki lahan seluas 1 hektare. Petani itu tidak akan menanam bawang di lahan seluas 1 hektare. Mereka menyisakan sekian dari luas lahan terbengkalai atau tertanam tanaman bukan untuk dijual.
"Karena saat panen yang repot dia (petani). Karena hanya bisa konsumsi segini. Tetangga saya cuma beli segini banyak. Pasar lokal cuma segini banyak. Sisanya mau jual kemana?," kata Eka di kantornya, CoHive 101 Building, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 18 Desember 2019.
Penyerapan hasil pertanian dianggap masih menjadi pekerjaan rumah besar. TaniHub Group, kata Eka, mengembangkan serangkaian terobosan menjawab kebingungan para petani tersebut.
Mereka mendatangi para petani langsung di ladang dan kebun mereka. Mereka menyerap hasil pertanian petani dengan harga fair bagi semua pihak dan mendistribusikan ke individu, UMKM, hotel, restoran, supermarket dan industri pengolahan makanan.
Hingga saat ini, sebanyak 30 ribu petani sudah menjadi mitra TaniHub Group. Mereka tersebar di Pulau Jawa dan sekitarnya.
"Kita memberikan kepastian market buat petani. Kepastian itu secara tidak langsung meningkatkan produksi mereka sebesar 30 persen dan keuntungan lebih dari 50 persen," terang Eka.
Eka menambahkan pihaknya juga memiliki program pendanaan untuk petani melalui TaniFund. Dari total 30 ribu petani, sebanyak 2.000 petani telah mendapatkan pendanaan sebesar Rp86,8 miliar. Mereka dibantu dari proses perencanaan penanaman, kualitas, dan harga jual.
Jaminan Kualitas
Muncul kekhawatiran masyarakat terhadap produk pertanian yang dijual. Mereka mengkhawatirkan asal-usul produk dari sisi air, pupuk, tanah dan lain-lain.
Direktur TaniSupply dari TaniHub Group, Vincentius Sariyo mengatakan pihaknya memastikan menyerap hasil pertanian sesuai kriteria yang ditentukan. Pihaknya menargetkan sertifikasi ISO 22000 tentang food safety.
Seiring berjalannya waktu, mereka akan melakukan pengecekan secaraacak di gudang penyimpanan hasil pertanian. Gudang-gudang itu tersebar di Bogor, Bandung, Sidoarjo, Sleman dan Denpasar.
"Kami melihat petani, mereka masih makan dari hasil tani mereka. Setengah dijual, seperempat dimakan sendiri, seperempat lainnya dibagi keluarga. Itu kita harapkan menjadi kontrol nonformal bagi mereka sendiri," terang Sariyo.
Sariyo menambahkan, pihaknya tengah membangun fasilitas pemrosesan dan pengemasan di Malang. Fasilitas ini dimaksudkan untuk menjaga konsistensi kualitas produk.
CEO dan Co-Founder TaniHub Group Ivan Arie Sustiawan menegaskan pihaknya berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi semua stakeholders. Pelayanan terbaik itu agar semua lapisan masyarakat mencintai hasil panen dari produsen lokal dan peduli pertanian Indonesia.
"Ke depan, kami terus memikirkan bisa menjangkau pulau lainnya di Indonesia," tandas Ivan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News