Berikut penggalan narasi yang beredar:
"YANG SUDAH DIVAKSIN SIAP2 MATI DINI
Mike Yeadon bekas ketua saintis di firma vaksin pFizer menyatakan bahwa kini sudah amat terlambat untuk menyelamatkan siapa yang sudah divaksin covid 19. Beliau menyeru kepada semua yang belum menerima vaksin yang bisa membunuh itu untuk berjuang demi kesinambungan manusia dan nyawa anak2.
Pakar imunisasi terkenal ini mengingatkan fakta bhw proses menurunkan jumlah besar manusia yang hidup pada masa kini.
Sejurus selepas suntikan vaksin pertama terdapat sejumlah 0.8% akan mati dalam masa 2 minggu.
Mereka yang bertahan dijangka akan mampu bertahan hidup sekitar 2 tahun, namun kemampuan tersebut dikurangi dengan penambahan top-up suntikan vaksin."
![[Cek Fakta] Benarkah Orang yang Sudah Divaksin Covid-19 akan Mati Dalam 2 Tahun? Ini Cek Faktanya](https://cdn.medcom.id/images/library/images/Screen%20Shot%202021-05-28%20at%2013_07_42.png)
Penelusuran:
Dari hasil penelusuran, klaim bahwa orang yang telah disuntik vaksin akan meninggal 2 tahun lagi adalah salah. Faktanya, informasi tersebut tidak berdasar.
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban menegaskan, bahwa informasi tersebut adalah hoaks.
"Ada pesan berantai yang isinya begini: orang akan meninggal dalam dua tahun setelah disuntik vaksin Covid-19. Mengerikan sekali ya. Pesan itu mengklaim bahwa Mike Yeadon, mantan saintis berpengaruh dari Pfizer, yang menyatakannya. Benar kah? Informasi orang akan meninggal dalam dua tahun karena disuntik vaksin Covid-19 ya jelas hoaks,” tegas Zubairi lewat akun media sosial pribadinya, dikutip Kamis 27 Mei 2021.
Zubairi pun mengatakan, Yeadon adalah ilmuan kontroversial. Ia ikut menulis petisi tentang vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan-yang kemudian diketahui sebagai hoaks.
"Memang banyak pertanyaan bermunculan terkait cara pandang Yeadon. Misalnya, mengapa ilmuwan sekelas Yeadon justru skeptis terhadap vaksin Covid-19. Nah ini tetap menjadi misteri." Zubairi.
Dilansir Snopes.com, melalui laporan berjudul "Did Michael Yeadon Say COVID-19 Vaccine Will Kill Recipients Within 2 Years?" disebutkan bahwa klaim tersebut memamg berasal dari Yeadon. Namun, sekali lagi, klaimnya yang menyebut orang sudah disuntik vaksin akan meninggal dua tahun lagi tidak dapat dibuktikan.
Reuters merangkum sejumlah pernyataan atau klaim Yeadon terkait pandemi covid-19. yang belakangan die Dalam laporan berjudul "Fact Check-Fact check: Ex-Pfizer scientist repeats COVID-19 vaccine misinformation in recorded speech" disebutkan bahwa, semua klaim yang disampaikan Yeadon adalah hoaks. Laporan Reuters dapat di baca di sini.
![[Cek Fakta] Benarkah Orang yang Sudah Divaksin Covid-19 akan Mati Dalam 2 Tahun? Ini Cek Faktanya](https://cdn.medcom.id/images/library/images/Screen%20Shot%202021-05-28%20at%2012_55_55.png)
Kesimpulan:
Dari hasil penelusuran, klaim bahwa orang yang telah disuntik vaksin akan meninggal 2 tahun lagi adalah salah. Faktanya, informasi tersebut tidak berdasar.
Informasi ini masuk kategori hoaks jenis fabricated content (konten palsu). Fabricated content terbilang menjadi jenis konten palsu yang paling berbahaya. Konten ini dibentuk dengan kandungan 100% tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara fakta. Biasanya, fabricated content berupa informasi lowongan kerja palsu dan lain-lain.
![[Cek Fakta] Benarkah Orang yang Sudah Divaksin Covid-19 akan Mati Dalam 2 Tahun? Ini Cek Faktanya](https://cdn.medcom.id/images/library/images/WhatsApp%20Image%202020-08-07%20at%2018_30_14(56).jpeg)
Referensi:
https://nasional.okezone.com/berita/337-2415997/pesan-berantai-orang-akan-meninggal-2-tahun-usai-suntik-vaksin-covid-19-idi-ya-jelas-hoaks
https://www.snopes.com/fact-check/michael-yeadon-vaccine-death/
https://www.reuters.com/article/factcheck-health-coronavirus-idUSL2N2N72CS
*Kami sangat senang dan berterima kasih jika Anda menemukan informasi terindikasi hoaks atau memiliki sanggahan terhadap hasil pemeriksaan fakta, kemudian melaporkannya melalui surelcekfakta@medcom.idatau WA/SMS ke nomor082113322016
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News