Akun itu mengunggah tautan link artikel daring dari situs resistance-mondiale.com berjudul "2,620 babies dead after vaccination and reports of terrible side effects". Artikel itu memuat tiga foto bayi, dua diantaranya memperlihatkan tubuh bayi mengalami ruam dan luka.
Disebutkan juga, ribuan bayi tersebut adalah kasus keguguran yang dicatatkan dalam Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) atau Sistem Pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan Vaksin milik Pemerintah Amerika Serikat.
Pada unggahannya, akun itu menambahkan cuitan sebagai berikut:
"Mainstream media won't tell you about 2,620 babies dead after vaccination and reports of terrible side effects" Terjemahan:
"Media arus utama tidak akan memberi tahu Anda tentang 2.620 bayi yang meninggal setelah vaksinasi dan laporan tentang efek samping yang mengerikan"
Benarkah klaim adanya 2.620 bayi meninggal karena efek samping dari ibu yang mendapatkan vaksin Covid-19? Berikut cek faktanya.
Penelusuran:
Dari hasil penelusuran, klaim bahwa 2.620 bayi meninggal karena efek samping dari ibu yang mendapatkan vaksin Covid-19 adalah salah. Faktanya, klaim yang beredar telah dibantah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Dilansir AP, VAERS dibuat pada tahun 1990 untuk memberikan kesempatan kepada siapa pun dari profesional perawatan kesehatan hingga masyarakat umum untuk mengirimkan laporan. Data tersebut tersedia untuk umum secara online. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan di situs webnya bahwa "laporan yang dikirimkan ke VAERS sering kali kurang detail dan terkadang mengandung kesalahan."
Data yang dibagikan secara online memberikan deskripsi yang tidak jelas untuk melukiskan versi realitas yang jauh lebih gelap dan menyesatkan pengguna media sosial untuk percaya bahwa vaksin menyebabkan lebih banyak efek samping daripada yang diberitahukan kepada publik.
Beberapa tangkapan layar hanya menunjukkan nomor identifikasi VAERS, usia orang yang divaksinasi, hari mereka menerima vaksin, dan hari mereka meninggal untuk menunjukkan bahwa orang meninggal karena vaksin. Postingan dengan keterangan yang menyesatkan dibagikan secara luas di seluruh platform media sosial.
“Saya belum melihat data yang mendukung bahwa vaksin menyebabkan hubungan dengan peningkatan angka kematian atau semacamnya,” kata Dr. Werner Bischoff, spesialis penyakit menular di Wake Forest University.
Menurut CDC, VAERS tidak menentukan apakah vaksin menyebabkan efek samping yang dilaporkan, yang sering terjadi secara kebetulan setelah imunisasi. VAERS sering disalahartikan oleh para pendukung anti-vaksin, dan distribusi vaksin COVID-19 telah membawa lebih banyak perhatian ke sistem pengawasan.
Kesimpulan:
Klaim bahwa 2.620 bayi meninggal karena efek samping dari ibu yang mendapatkan vaksin Covid-19 adalah salah. Faktanya, klaim yang beredar telah dibantah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Informasi ini jenis hoaks false context (konteks keliru). False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Referensi:
https://apnews.com/article/fact-checking-afs:Content:9957832237
*Kami sangat senang dan berterima kasih jika Anda menemukan informasi terindikasi hoaks atau memiliki sanggahan terhadap hasil pemeriksaan fakta, kemudian melaporkannya melalui surelcekfakta@medcom.id atau WA/SMS ke nomor082113322016
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News