[Cek Fakta] Benarkah Tiongkok dan Rusia tak Wajibkan Vaksin Covid-19 ke Warganya? Ini Faktanya

Beredar sebuah video dengan narasi bahwa vaksin merupakan sesuatu yang membahayakan bagi masyarakat, termasuk Indonesia. Video ini beredar di WhatsApp, baru-baru ini.
 


 

Di antara narasi spesifik pada video berdurasi 2 menit 54 detik itu adalah Tiongkok dan Rusia tidak mewajibkan atau memberikan vaksin ke warganya.

"Kami ini bukan antivaksin. Yang mau divaksin silakan. Yang mau pasang otogenetik silakan. Yang kami kritisi adalah sikap overacting mewajibkan vaksin. Padahal negara lain enggak gitu-gitu amat. China yang produksi vaksin, tidak mewajibkan warganya divaksin. Presiden Putin secara tegas mengatakan tidak akan mewajibkan vaksin kepada warganya. Yang mau, ya silakan. Yang enggak mau jangan dipaksa..." kata narator pada video itu.

Benarkah Tiongkok dan Rusia, negara yang dipimpin Vladimir Putin, tidak mewajibkan vaksin?
 


Penelusuran:
Dari penelusuran kami, klaim bahwa Tiongkok dan Rusia, negara yang dipimpin Vladimir Putin, tidak mewajibkan vaksin, adalah salah. Faktanya, dua negara itu mendorong dan bahkan mewajibkan vaksin untuk warganya.
 
Pertama, Tiongkok. Pemerintah di sejumlah daerah di Tiongkok mewajibkan vaksin Covid-19 untuk masuk ke tempat umum. Bahkan vaksin juga menjadi syarat wajib anak masuk sekolah.

"Otoritas kesehatan utama China mengatakan bahwa suntikan vaksin Covid-19 harus didorong. Tingkat pemerintahan yang lebih rendah juga telah diberitahu untuk memprioritaskan vaksinasi sebanyak mungkin orang. China telah memberikan lebih dari 1,4 miliar dosis vaksin Covid-19 sejauh ini, meskipun komisi kesehatannya belum mengatakan berapa banyak orang yang telah divaksinasi," tulis Kompas.com dalam laporannya, 16 Juli 2021.

 

 

Berdasarkan data yang dihimpun Johns Hopkins yang diakses pada 25 Juli 2021 pukul 10.25 WIB, sebanyak 15,98 persen warga Tiongkok dari total populasi telah divaksin. Terdiri dari 1,5 miliar lebih dosis yang telah diberikan dan lebih dari 223 juta orang yang telah divaksinasi sepenuhnya alias 2 dosis.
 


 

Kedua, Rusia. Presiden Vladimir Putin mengaku dirinya telah disuntik vaksin Sputnik V. Putin juga mendorong warganya agar divaksin.

"Presiden Vladimir V. Putin mendorong Rusia untuk mendapatkan vaksinasi dengan berbagi pengalamannya mendapatkan vaksin Sputnik V. Pernyataannya mencerminkan perubahan nada dari pejabat, yang selama berbulan-bulan tidak banyak mempromosikan imunisasi. Sputnik/melalui Reuters," tulis nytimes.com dalam laporannya yang diperbarui pada 15 Juli 2021.

 

 

Hingga 25 Juli 2021, lebih dari 57 juta dosis telah diberikan kepada warga Rusia. Sebanyak 22 juta lebih telah mendapatkan vaksin sepenuhnya alias 2 dosis.
 


 

Kesimpulan:
Klaim bahwa Tiongkok dan Rusia, negara yang dipimpin Vladimir Putin, tidak mewajibkan vaksin, adalah salah. Faktanya, dua negara itu mendorong dan bahkan mewajibkan vaksin untuk masyarakatnya.
 
Informasi ini masuk kategori hoaks jenis misleading content (konten menyesatkan). Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.
 
Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
 


 

Referensi:
https://coronavirus.jhu.edu/region/russia
https://www.kompas.com/global/berita/164200470-sejumlah-daerah-di-china-wajibkan-vaksin-covid-19-untuk-anak-kembali-ke?page=all
https://www.nytimes.com/2021/06/30/world/europe/coronavirus-putin-russia-vaccine.html
https://www.reuters.com/world/europe/putin-says-he-received-russias-sputnik-v-vaccine-against-covid-19-2021-06-30/
https://coronavirus.jhu.edu/region/china
 

*Kami sangat senang dan berterima kasih jika Anda menemukan informasi terindikasi hoaks atau memiliki sanggahan terhadap hasil pemeriksaan fakta, kemudian melaporkannya melalui surel cekfakta@medcom.id atau WA/SMS ke nomor 082113322016
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News