Tan mengutip laporan berjudul The 2020 State of Physical Access Control dari hasil survei yang dilakukan pada 2019 dan hasilnya di analisis berdasarkan survey serupa pada tahun 2017 silam.
Di sini terungkap bahwa korporasi perlahan semakin berinvestasi pada teknologi akses kontrol yang lebih maju dan berkolaborasi dengan sektor TI.
"Pada tahun 2017, hanya 45 persen organisasi yang menggunakan sedikitnya satu teknologi pengelolaan identitas yang lebih aman sedangkan survei pada tahun 2019 menemukan jumlahnya meningkat menjadi 54 persen," ungkap Tan.
"Selain itu, bertambahnya penggunaan teknologi kontrol akses pada perangkat mobile menandakan semakin banyak perusahaan yang berusaha memodernisasi sistem kontrol akses mereka," tambahnya. Model akses mobile disebut menjadi perhatian saat ini karena didorong tren penggunaan teknologi mobile.
Tan melihat ada kemudahan yang ditawarkan dari model akses mobile. Karyawan perusahaan, mitra maupun tamu yang datang ke lokasi organisasi biasanya sudah memiliki perangkat mobile pribadi masing-masing. Mengaktifkan dan menonaktifkan identitas mereka semua dapat dilakukan pada saat itu juga secara nirkabel.
"Para direktur keamanan menyebut penggunaan akses atau aplikasi mobile sebagai tren teratasuntuk merubah lanskap industri di masa depan (57 persen). Penerapan teknologi mobile untuk sistem kontrol akses terus melonjak dengan 25 persen responden menyatakan telah menerapkan sepenuhnya," jelas Tan.
Menurut Tan, adopsi akses seluler (mobile) merupakan daya tarik bagi banyak perusahaan dan institusi di Asia Pasifik yang telah berhasil mengimplementasikan solusi inovatif ini ke dalam lingkungan kerja mereka.
"Seiring semakin banyaknya generasi millennials memasuki dunia kerja, perusahaan mulai melihat dan memahami perubahan serta perspektif baru, tentang bagaimana solusi identitas bisa meningkatkan produktivitas bisnis, maupun branding perusahaan melalui penggunaan telepon selular dan aplikasi pintar," tutur Tan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News