Banyak pihak menilai keputusan mendadak tersebut karena Mixer tidak bisa memacu trafik layanannya untuk menjadi modal besar mengejar Twitch. Namun, terungkap bahwa masalah internal di dalam perusahaan tersebut ternyata jadi penyebab utama.
Dikutip dari GameSpot, Mixer yang dibangun pada tahun 2016 dan diakuisisi Microsoft saat masih menjadi startup bernama Beam ternyata sudah menyimpan banyak masalah. Sejak awal mereka sudah startegi yang salah.
Mixer yang awalnya berfokus untuk mendorong streamer baru menjadi besar justru membakar uang mereka untuk menarik streamer besar dari kompetitornya, Twitch, beralih ke layanannya. Di tahun 2017 mereka sudah menghabiskan dana hingga USD10 juta.
BACA: Microsoft Tutup Mixer, Gabung ke Facebook Gaming
Pengakuan ini didapatkan dari wawancara dengan mentan pegawai Mixer kepada Business Insider. Di 2019 Mixer akhirnya berhasil menarik streamer besar Tyler "Ninja" Blevins dari Twitch dengan nilai kontrak USD20-30 juta. Strategi yang sama juga dilakukan dengan Michael "Shroud" Grzesiek.
Sayangnya, langkah ini tidak pernah memberikan efek yang bagus. Komunitas penggemar dari dua streamer tersebut tidak pernah besar menyaingi jumlah di platform Twitch.
"Kehadiran Shroud dan Ninja.. seharusnya menarik komunitas mereka dan mendorong pertumbuhan komunitas. Namun hal merreka tidak pernah benar-benar bertahan," tutur mantan pegawai Mixer bernama Milan Lee.
Jumlah penggemar Ninja di Mixer hanya menjadi lebih dari 3.200.000 follower, sementara akun nonaktif Ninja di Twitch tetap bertahan di sekitar 15 juta follower. Kondisi ini smeakin buruk saat dua pendiri Beam atau Mixer yaitu Matt Salsamendi dan James Boehm menyatakan mundur di 2019.
Mantan pegawai Mixer yang lain akhirnya ikut buka suara. Mereka mengaku manajemen dan lingkungan kerja Mixer di bawah Microsoft sangat tidak bagus. General Manager Mixer, Shilpa Yadla dianggap tidak mampu mendengar dan memfasilitasi keluhan para pegawai Mixer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News