Kabar ini diumumkan dalam laporan keuangan per kuartal terbaru Parrot. Hal ini menjadi bukti bahwa Parrot sedang kesulitan untuk meraih sukses di pasar drone yang saat ini dikuasai oleh perusahaan Tiongkok, DJI.
Berdasarkan laporan keuangan Q4, Parrot mendapatkan penghasilan sekitar USD90 juta (Rp1,2 triliun), kurang sekitar USD106 juta (Rp1,4 triliun) dari target mereka. Kini, mereka berencana untuk fokus di pasar drone komersil, termasuk sektor seperti pemetaan dan pertanian.
Saat ini, sekitar 50 persen penjualan drone di Amerika Serikat dikuasai oleh DJI. Sementara Parrot, Yoneec, 3D Robotics dan peruasahaan lain hanya memiliki pangsa pasar di bawah 10 persen, seperti yang disebutkan oleh The Verge.
3D Robotics, sama seperti Parrot, mengumumumkan adanya pengurangan karyawan pada bulan Maret tahun lalu. Selain itu, mereka juga menyebutkan akan fokus pada sektor komersil.
GoPro, pendatang baru dengan nama yang cukup populer, masuk ke pasar drone dengan meluncurkan Karma pada bulan September lalu. Namun, drone itu mengalami masalah dengan daya, menyebabkan sebagian dari drone Karma jatuh saat sedang terbang. GoPro lalu melakukan recall dan memutuskan untuk meluncurkannya kembali tahun ini.
Perusahaan action kamera itu juga terpaksa harus merumahkan sebagian karyawannya. Pada bulan Januari tahun lalu, mereka memecat 7 persen pegawainya, lalu kembali memecat 15 persen pegawainya, sekitar 200 orang, pada bulan November.
Sama seperti drone konsumen, action camera membantu perusahaan kecil untuk menjadi merek ternama. Namun, sekarang, karena penjualan mulai turun, sulit untuk menjaga pertumbuhan di sektor perangkat mahal yang konsumennya tidak terlalu sering beli baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News