Baca juga: Soal Ribuan Grup Facebook Kena Blokir Massal, Meta Sebut Kesalahan Teknis |
CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengatakan unit kecerdasan buatan super baru, MSL, akan menaungi berbagai tim perusahaan yang bekerja pada model dasar seperti perangkat lunak Llama sumber terbuka, produk, dan proyek Penelitian Kecerdasan Buatan Fundamental.
Meta telah melakukan perekrutan agresif untuk membentuk tim MSL dengan mengaet nama-nama seperti Trapit Bansal (kontributor model penalaran o1 OpenAI), Shuchao Bi, Hongyu Ren, dan Jack Rae (mantan peneliti DeepMind), bersama dengan Nat Friedman, mantan CEO GitHub, yang akan memimpin penelitian terapan dan strategi produk bersama Wang.
MSL bertujuan untuk mengkonsolidasikan berbagai tim AI Meta, termasuk tim model dasar seperti Llama, tim produk, dan Fundamental Artificial Intelligence Research (FAIR), di bawah satu divisi yang fokus pada pencapaian artificial general intelligence (AGI) dan akhirnya superintelligence.
Dikutip dari Apnews sejauh ini Meta sudah menginvestasikan USD14,3 miliar untuk mengakuisisi 49 persen saham Scale AI, sebuah perusahaan rintisan yang mengkhususkan diri dalam pelabelan dan penyediaan data pelatihan untuk model AI.
Investasi ini membawa CEO Scale AI, Alexandr Wang, untuk memimpin MSL sebagai Chief AI Officer. Mark berhasil membajak Wang, seorang pengusaha berusia 28 tahun dan beberapa karyawan Scale AI juga bergabung dengan Meta, memperkuat tim superintelligence.
Kesepakatan ini tidak hanya memberikan Meta akses ke sumber data pelatihan yang krusial, tetapi juga menkamukan strategi untuk mempercepat pengembangan AI dengan memanfaatkan keahlian eksternal.
Lampaui kemampuan otak manusia
Superintelligence, sebagaimana didefinisikan dalam proyek Meta, mengacu pada sistem AI yang melampaui kemampuan otak manusia di berbagai domain, lebih kuat daripada AGI, yang hanya setara dengan kemampuan manusia. Meski begitu, istilah superintelligence masih kabur dan dianggap lebih sebagai alat pemasaran daripada definisi teknis yang jelas.Alih-alih hanya fokus pada peningkatan Narrow AI yang ada, atau bahkan hanya AGI, Meta secara eksplisit menyatakan tujuannya adalah superintelligence. Ini berarti mereka tidak hanya ingin menciptakan AI yang sepintar manusia, tetapi yang jauh lebih cerdas.
Narrow AI dirancang untuk melakukan tugas tunggal atau sangat spesifik. Meskipun mereka bisa sangat unggul dalam tugas tersebut, bahkan melampaui manusia, mereka tidak dapat beroperasi di luar domain yang ditentukan. Mereka tidak memiliki pemahaman umum atau kesadaran diri.
Artificial General Intelligence (AGI) adalah konsep teoretis tentang AI yang memiliki kemampuan intelektual setara dengan manusia. Ini berarti AGI akan mampu memahami, belajar, dan menerapkan pengetahuannya untuk menyelesaikan berbagai tugas di berbagai domain, sama seperti manusia.
Memecahkan masalah kompleks yang belum pernah ditemui, belajar bahasa baru, berinteraksi sosial dengan pemahaman emosi, menciptakan ide-ide orisinal.
Ini menunjukkan pandangan jangka panjang yang sangat agresif dalam perlombaan AI, ingin melampaui kompetitor seperti OpenAI dan Google DeepMind yang saat ini fokus pada frontier models yang mendekati AGI.
Superintelligence mengacu pada sistem AI yang kecerdasannya jauh melampaui pikiran manusia terpintar sekalipun, di hampir semua domain yang relevan. Mereka tidak hanya mampu melakukan apa yang manusia lakukan, tetapi jauh lebih baik, lebih cepat, dan dengan kapasitas kognitif yang tak terbayangkan.
Superintelligence akan menjadi bagian penting ke dalam produk-produknya, seperti chatbot, kacamata pintar Ray-Ban, dan alat iklan berbasis AI, untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan menciptakan aliran pendapatan baru.
Tantangan teknis
Namun, skeptisisme muncul karena kurangnya kejelasan tentang bagaimana mencapai tujuan ini, terutama mengingat tantangan teknis dan keterbatasan model AI saat ini.Keberhasilan MSL bergantung pada kemampuan Meta untuk mengelola data pelatihan berkualitas tinggi dari Scale AI, yang dianggap sebagai “kilang minyak” dalam ekosistem AI karena menyediakan data berlabel untuk model seperti ChatGPT.
Namun, keterlibatan Scale AI menimbulkan kekhawatiran di antara klien lain seperti OpenAI dan Microsoft, yang mungkin khawatir Meta mendapatkan keunggulan kompetitif melalui akses data.
Selain itu, struktur investasi minoritas Meta di Scale AI dirancang untuk menghindari pengawasan antimonopoli, mengingat Meta pernah digugat oleh Federal Trade Commission atas akuisisi Instagram dan WhatsApp.
Meski demikian, fokus pada superintelligence dianggap sebagai taruhan berisiko tinggi, mirip dengan upaya metaverse, dengan beberapa analis mempertanyakan apakah Meta dapat mencapai terobosan jangka pendek yang diperlukan untuk menyaingi OpenAI dan Google.
Sementara Meta memiliki keunggulan dalam skala bisnis dan pengalaman membangun produk untuk miliaran pengguna, keberhasilannya akan bergantung pada kemampuan untuk mengintegrasikan talenta baru, mengatasi keterbatasan model AI saat ini, dan menavigasi dinamika kompetitif serta regulasi.
Jika berhasil, MSL dapat mengubah cara pengguna berinteraksi dengan produk Meta, tetapi kegagalan dapat mengulang nasib proyek metaverse yang mahal dan kurang berhasil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News