Salah satu platform yang menjadi pilihan utama adalah Rednote, aplikasi media sosial berbasis di Tiongkok yang juga dikenal sebagai Xiaohongshu.
Menurut laporan TIME yang dirilis pada 14 Januari 2025, aplikasi ini telah menduduki peringkat pertama di App Store di AS selama dua hari berturut-turut, melampaui platform seperti Instagram Reels dan YouTube Shorts.
"Saya ingin menjadi salah satu yang pertama di sana," ujar Christina Shuler, seorang pengusaha asal Carolina Selatan.
Christina, yang sebelumnya mengelola akun TikTok dengan nama Glam Farmhouse, kini menggunakan Rednote untuk berbagi konten tutorial dan promosi produk. Dalam 24 jam pertama, konten pertamanya di Rednote mendapatkan lebih dari 10.000 suka.
Keunggulan Rednote di Tengah Ketidakpastian
Rednote, yang awalnya dirancang sebagai panduan belanja online pada 2013, kini menjadi platform populer dengan lebih dari 300 juta pengguna. Format utamanya yang menggabungkan media sosial dan e-commerce telah menarik perhatian kreator di AS.Fitur seperti live marketplace dan dukungan terjemahan otomatis menjadi keunggulan utama yang memungkinkan kreator seperti Marcus Robinson, seorang desainer fesyen, untuk menjangkau audiens internasional. "Dalam 36 jam, saya sudah punya 10.000 pengikut di Rednote," katanya.
Namun, TIME juga mencatat potensi tantangan bagi Rednote. Sebagai aplikasi yang berbasis di Tiongkok, Rednote menghadapi tekanan regulasi yang sama seperti TikTok.
Senator AS Tom Cotton menyatakan bahwa Rednote juga dapat menjadi target larangan jika dianggap mengancam keamanan nasional.
Protes Melalui Migrasi
Bagi banyak pengguna, migrasi ke Rednote juga menjadi bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah AS. "Larangan ini terasa paternalistik," ujar salah satu pengguna yang diwawancarai oleh TIME.Hashtag #TikTokRefugees bahkan menjadi tren, dengan lebih dari 100 juta tayangan di platform tersebut. Beberapa kreator menyebut perpindahan ini sebagai "simbol perlawanan" terhadap keputusan yang dianggap membatasi kebebasan digital.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Meskipun Rednote menjadi pilihan sementara, banyak kreator menyadari bahwa masa depannya juga tidak terjamin. "Kami mungkin harus mencari platform baru lagi jika Rednote juga dilarang," ujar Shuler.Kendati demikian, lonjakan pengguna baru menunjukkan betapa pentingnya peran media sosial dalam kehidupan sehari-hari masyarakat modern.
Dengan ketidakpastian yang terus membayangi, waktu akan menentukan apakah Rednote dapat menjadi pelabuhan baru yang aman bagi kreator konten atau hanya solusi sementara dalam menghadapi dinamika politik digital global.
Baca Juga:
Pemerintahan Biden Tidak Akan Melarang TikTok dia AS, Urusan Diserahkan ke Trump
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News