Sejalan dengan semangat Hari Sumpah Pemuda, laporan ini menyoroti kebutuhan penting untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan siber di kalangan Generasi Z dan Milenial—kelompok pengguna digital terbesar di Indonesia.
Peluncuran ini menjadi langkah konkret setelah pembentukan GASA Indonesia Chapter pada Juli 2025 lalu yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas industri dalam memerangi penipuan digital dan memperkuat ketahanan siber nasional.
Penipuan digital kini menjadi ancaman sistemik bagi ekonomi digital Indonesia yang dapat mengikis kepercayaan konsumen, mengganggu kesejahteraan masyarakat, dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Laporan ‘State of Scams in Indonesia 2025’ menghadirkan wawasan terkini mengenai lanskap ancaman yang terus berkembang, sekaligus menyoroti kerentanan konsumen serta taktik umum yang digunakan pelaku untuk mengeksploitasi mereka.
Lanskap Penipuan Digital: Temuan Utama
Dua dari tiga (66 persen) orang dewasa di Indonesia mengalami penipuan dalam setahun terakhir, hal ini setara dengan 55 paparan per orang per tahun. Sebanyak 35 persen responden menjadi korban penipuan, dan 14 persen mengalami kerugian finansial.
Total kerugian mencapai Rp49 triliun (setara US$3,3 miliar), atau rata-rata Rp1,7 juta per orang dan 12 bulan terakhir.
Platform yang paling sering digunakan pelaku adalah pesan langsung, seperti aplikasi pesan instan dan SMS. 34 persen responden berpendapat bahwa lembaga publik, terutama pemerintah, bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari penipuan digital.
Ketua GASA Indonesia Chapter dan Chief Legal & Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Reski Damayanti menekankan pentingnya memperkuat sistem pencegahan penipuan dengan teknologi canggih seperti, salah satunya dengan AI.
“Indonesia perlu memperkuat sistem pencegahan penipuan dengan teknologi canggih seperti AI, didukung kemitraan kuat dan regulasi yang jelas. GASA Indonesia dan para anggotanya berkomitmen untuk menciptakan lingkungan digital yang aman, inklusif, dan terpercaya bagi seluruh masyarakat Indonesia—melalui kolaborasi, inovasi, dan tanggung jawab bersama,” kata Reski Damayanti dalam peluncuran GASA ‘State of Scams in Indonesia 2025’ di kantor Google Indonesia, Jakarta Jumat, 31 Oktober 2025.
Country Manager, Indonesia, Mastercard dan Wakil Ketua GASA Indonesia Chapter, Aileen Goh, menambahkan Indonesia berada di garis depan transformasi digital yang membuka peluang baru bagi jutaan masyarakat. Namun, seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital, ancaman penipuan juga meningkat dan menjadi risiko sistemik yang memengaruhi konsumen, bisnis, dan institusi.
“Di Mastercard, kami percaya bahwa kepercayaan adalah fondasi ekonomi digital yang inklusif. Untuk menjaga kepercayaan ini, dibutuhkan lebih dari sekadar teknologi, yaitu aksi kolektif. Pendekatan Mastercard berfokus pada kolaborasi—berbagi intelijen, berinvestasi dalam inovasi, dan membangun hubungan untuk memperkuat ketahanan siber bagi seluruh masyarakat Indonesia.”
| Baca juga: GASA Indonesia Chapter Resmi Diluncurkan, Siapkan Langkah Konkret Berantas Digital Scam | 
Aileen menambahkan laporan ini menegaskan luasnya dampak penipuan digital dan perlunya respons terpadu lintas sektor. Sebagai Wakil Ketua GASA Indonesia Chapter, Mastercard berkomitmen mengubah rekomendasi laporan ini menjadi langkah nyata demi membangun ekonomi digital yang lebih aman, tepercaya, dan inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia..
Government Affairs and Public Policy Director Google Indonesia, Putri Alam, mengatakan Google mempunyai komitmen yang besar dalam membangun ekosistem internet yang lebih aman. Adapun pendekatan yang dilakukan, yakni dengan penerapan fitur keamanan berbasis AI yang tertanam langsung di produk utama Google.
“Kami berfokus pada penerapan fitur keamanan berbasis AI yang tertanam langsung di produk utama kami yang didesain dengan prinsip private by default dan secure by design. Contohnya, AI pada perangkat kami memungkinkan deteksi penipuan secara real-time di Google Messages dan memperkuat fitur Safe Browsing di Chrome untuk melindungi pengguna dari situs phishing,” jelasnya.
“Upaya ini, bersama program perlindungan lanjutan seperti Priority Flagger Program dan intelijen penipuan proaktif, seperti yang dijelaskan lebih detail pada panduan terbaru kami tentang penipuan dan kejahatan siber, menunjukkan bahwa tidak ada satu pihak pun yang dapat menyelesaikan tantangan ini sendirian.”
Ia pun mengaku bangga bisa bekerja bersama GASA dalam mempercepat aksi lintas sektor, dan sebagai pimpinan Komite Edukasi dan Kesadaran”Kami berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat Indonesia agar dapat menjelajahi dunia digital dengan aman dan percaya diri,” imbuhnya.
Sementara itu GASA APAC Director, Brian D. Hanley, mengungkapkan bahwa setiap kasus penipuan di Indonesia memiliki wajah manusia di baliknya—orang tua yang kehilangan tabungan, mahasiswa yang takut melaporkan kejahatan, atau pelaku UMKM yang tidak bisa bangkit kembali.
“Penipuan tidak hanya mengambil uang, tetapi juga kepercayaan antar manusia. Karena itu, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil harus bersatu untuk membangun kembali kepercayaan digital bersama.”
Rekomendasi dari Laporan
Laporan ini merumuskan 10 rekomendasi utama untuk mengatasi ancaman penipuan, yang terbagi dalam tiga area tindakan:- Memberdayakan konsumen melalui edukasi berkelanjutan, layanan bantuan nasional, dan dukungan terpadu bagi korban penipuan.
- Mewujudkan internet yang lebih aman dengan pemblokiran penipuan di tingkat jaringan serta peningkatan kemampuan penelusuran transaksi penipuan di berbagai platform dan sistem pembayaran.
- Memperkuat kerja sama lintas sektor melalui pembentukan jaringan pusat anti-penipuan, kejelasan tanggung jawab penyedia layanan, langkah pencegahan yang lebih kuat, serta kolaborasi global dalam investigasi dan penegakan hukum.
Rekomendasi ini akan menjadi panduan bagi misi GASA Indonesia Chapter dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, melalui upaya membangun kepercayaan digital dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan ketahanan siber kolektif melalui berbagi pengetahuan, laporan ini menyediakan wawasan dasar yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat upaya nasional dalam edukasi publik, kampanye yang terarah, serta pengembangan kebijakan di bidang keamanan digital.
Metodologi: Penelitian ini dilakukan melalui survei daring terhadap 1.000 responden berusia 18 tahun ke atas di seluruh Indonesia, antara 26 Februari hingga 14 Maret 2025. Sampel disesuaikan agar mewakili populasi nasional orang dewasa di Indonesia. Studi ini meneliti paparan terhadap penipuan, tingkat korban, serta persepsi masyarakat terhadap tanggung jawab pencegahan penipuan digital.
GASA merupakan organisasi nirlaba internasional terkemuka yang berkomitmen untuk mempersatukan pemerintah, sektor industri, dan masyarakat sipil dalam memerangi penipuan digital melalui kolaborasi, edukasi, dan riset—termasuk melalui publikasi tahunan ‘State of Scams Report’. GASA Indonesia Chapter, yang diketuai oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) dengan Mastercard dan AFTECH sebagai wakil ketua, merupakan bab kedua di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan setelah peluncuran GASA Singapore Chapter pada tahun 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
 
   
	 
                     
                     
                     
                     
                    