Menurut perusahaan Harvest Law, lebih dari 500 pengguna Galaxy Note 7 menuntut Samsung. Mereka meminta kompensasi atas waktu dan uang yang mereka habiskan untuk menukar smartphone mereka dan juga dampak psikologis karena membawa perangkat yang rentan terbakar.
Dalam tuntutan ini, Samsung diminta untuk membayar setiap orang sebesar KRW500 ribu (Rp5,7 juta), kata Ko Young-yeel, Senior Partner di Harvest Law. Dia juga menyebutkan, ada ratusan orang lain yang ingin menuntut Samsung terkait Galaxy Note 7.
Lima ratus dua puluh tujuh orang yang menuntut Samsung minggu ini adalah gelombang pertama dari orang-orang yang menuntut Samsung, kata Ko pada CNNMoney. Dia menjelaskan, ada banyak pelanggan lain yang terlihat tidak puas dengan kompensasi yang diberikan Samsung.
Pada hari Senin kemarin, Samsung berkata bahwa pelanggannya di Korea Selatan yang menukar Galaxy Note 7 mereka dengan Galaxy S7 akan mendapatkan diskon 50 persen saat membeli Galaxy S8 atau Note 8 tahun depan.
Menurut Ko, sejak pengumuman itu, telah ada 300 orang lagi yang datang ke Harvest Law untuk ikut serta dalam penuntutan Samsung gelombang kedua.
"Diskon sebagian tidak bisa dianggap kompensasi dalam situasi yang memaksa pelanggan untuk menukar ponsel mereka dengan produk baru," kata Harvest Law. Sementara itu, Samsung berkata, setelah menerima tuntutan ini, mereka akan meninjaunya dan mengambil langkah yang dirasa perlu.
Pada awal bulan ini, Samsung akhirnya memutuskan untuk mengakhiri Galaxy Note 7 setelah perangkat pengganti yang Samsung luncurkan juga rentan terbakar. Sejauh ini, kasus Galaxy Note 7 telah menyebabkan Samsung merugi Rp39,2 triliun. Selain itu, mereka juga kesulitan untuk memulihkan reputasinya.
Di Korea Selatan, Samsung bukan sekadar manufaktur smartphone. Mereka juga memiliki bisnis dalam berbagai bagian dari kehidupan masyarakat Korea Selatan, seperti rumah sakit, taman hiburan, apartemen hingga pusat adopsi anjing.
Banyak orang Korea Selatan yang menganggap Samsung sebagai sebuah kebanggaan. Namun, setelah kasus Galaxy Note 7, tampaknya ia justru jadi sumber rasa kesal.
Samsung memang mendominasi pasar smartphone Korea Selatan, kata Bryan Ma, Vice President of Device Research, IDC, tapi, masalah dengan Galaxy Note 7 ini membuat sebagian konsumen kesal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News