Dalam laporan tahunan Defy Media yang berjudul "Youth Media Diet", terlihat bahwa sebagian besar (65 persen) orang berumur 13 - 24 tahun terus mengkonsumsi video sejak awal hari - sebelum pergi ke sekolah atau berangkat kerja - hingga sore hari.
Menurut laporan Mashable, 57 persen responden mengatakan bahwa video digital berfungsi untuk memperbaiki mood mereka, 61 persen menyebutkan menonton video sebagai cara menghilangkan stres, 60 persen mengkonsumsi video untuk mengetahui berita terbaru, 47 persen menggunakan video untuk belajar sesuatu yang baru dan 44 persen menonton video untuk membantu mereka tidur.
"Ada begitu banyak orang yang berbicara tentang terhubung dengan satu sama lain - mereka bangun dan tidur sambil menonton video di berbagai platform yang berbeda," kata Executive Vice President of Marketing Defy Media, Andy Tu.
Defy bekerja sama dengan Kelton Research and Hunter Qualitative untuk membuat laporan ini. Mereka melakukan survei terhadap 1.300 di AS dengan rentang umur 13 - 24 tahun.
Sekitar 54 responden dipilih untuk mengisi jurnal 14 hari yang menjelaskan secara detail video yang mereka tonton setiap harinya, yang akan menunjukkan pendapat dan kebiasan mereka dalam menonton video.
Dua puluh tujuh diantaranya, diwawancara secara pribadi. Wawancara ini lalu diikuti oleh survei online yang diikuti oleh responden 1.300 responden berumur 13 - 24 tahun.
1. YouTube masih menjadi penguasa video
Sekitar 85 persen responden menyebutkan bahwa YouTube merupakan platform utama yang mereka gunakan untuk menonton video. Netflix berada di posisi kedua dengan pangsa 66 persen. TV berada di posisi ketiga dengan pangsa 62 persen dan posisi keempat diduduki oleh Facebook dengan pangsa 53 persen.

"Masyarakat merasa sangat dekat dengan para kreator," kata Tu. "Yang kami sering dengar komentar yang menyebutkan 'apa yang disiarkan di TV tidak relevan untuk saya'."
2. Social video mulai menjadi populer
YouTube mungkin masih menjadi platform nomor satu, tapi, media sosial sebagai platform untuk menonton video juga mulai menjadi populer, seperti Facebook yang kini digunakan oleh sebagian besar pengguna muda untuk menonton video.
Sekitar 60 persen responden mengatakan bahwa mereka menggunakan media sosial untuk menonton video dan tidak sekadar untuk bersosialisasi. Sementara 40 persen sisanya menggunakan media sosial hanya untuk bersosialisasi.
Menurut laporan, waktu yang dihabiskan untuk menonton video di media sosial dan sumber online gratis lainnya adalah sekitar 12,1 jam setiap minggunya.
Angka ini lebih tinggi dari waktu menonton layanan berbayar seperti Netflix, yang memiliki waktu nonton rata-rata sekitar 8,8 jam per minggu. Sementara durasi menonton rata-rata untuk kabel TV adalah 8,2 jam.
Para responden muda - dengan umur sekitar 13 - 18 tahun - mengatakan bahwa platform utama mereka adalah Vine. Sementara responden yang lebih dewasa - berumur 19 - 24 tahun - lebih suka menggunakan Hulu atau menonton Blu-Ray/DVD.
3. Harga layanan kabel TV bukanlah masalah
Sekitar 38 persen responden mengatakan bahwa mereka tidak berlangganan kabel TV. Namun, alasan mereka bukanlah karena uang.
"Kami menemukan bahwa kabel TV bukanlah layanan yang harus dimiliki," kata Tu. "Para konsumen berkata bahwa apa yang ditawarkan kabel TV tidak terlalu berharga bagi mereka."
Sekitar 40 persen responden mengatakan bahwa ada pilihan lain selain kabel TV yang menawarkan layanannya dengan harga lebih murah sementara 24 persen responden mengatakan mereka tidak tertarik dengan apa yang ditawarkan kabel TV.
4. Generasi muda tidak terlalu peduli dengan iklan
Tahun lalu, menurut laporan Defy, 63 persen konsumen mengaku bahwa mereka akan mencoba menggunakan produk yang direkomendasikan oleh bintang YouTube dan hanya 48 persen konsumen yang akan menggunakan produk yang ditawarkan oleh bintang TV.
"Para penonton mulai menerima keberadaan iklan," kata Tu.
Salah satu alasannya adalah karena mereka sadar bahwa bintang video digital favorit mereka mendapatkan uang dari iklan. Seorang responden mengaku bahwa dia mematikan fitur pemblokir iklan saat dia menonton kreator Twitch favoritnya. Dia menyebutkan, dia ingin mendukung sang kreator dan tidak ingin "mencuri uang miliknya".

Dia bukanlah satu-satunya orang yang melakukan hal ini. Sekitar 63 persen responden setuju bahwa para artis digital memerlukan iklan di channel mereka untuk dapat mendapatkan penghasilan. Dan 58 persen responden mengaku tidak keberatan untuk menonton iklan untuk menunjukkan dukungannya.
Meskipun begitu, mereka tidak mau menonton iklan sembarangan.
Sekitar 53 persen responden mengatakan mereka tidak keberatan untuk menonton iklan 1 menit. Dan 80 persen responden mengatakan bahwa mereka lebih memilih menonton iklan berdurasi 15 detik.
Satu kabar baik lain untuk para pengiklan adalahh 87 persen responden mengaku tidak keberatan melihat sebuah barang iklan digunakan dalam video dan 89 persen reponden mengatakan intro selama 5 detik untuk menunjukkan barang sponsor bukanlah sebuah masalah.
Meskipun survei ini dilakukan di AS, tapi, di Indonesia sendiri, tren yang sama mulai berlaku. Masyarakat lebih memilih untuk menonton video melalui perangkat mobile daripada melalui TV. Meningkatnya pamor platform digital merupakan sebuah masalah untuk stasiun TV tradisional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News