Uber alami kerugian Rp16,8 triliun
Uber alami kerugian Rp16,8 triliun

Setengah Tahun, Uber Rugi Rp16,8 Triliun

Mohammad Mamduh • 26 Agustus 2016 11:00
medcom.id: Uber mengalami kerugian senilai USD1,27 miliar, atau sekitar Rp16,8 triliun pada paruh pertama tahun 2016.
 
Kabar ini menyita perhatian banyak pihak, terutama setelah Uber dinyatakan sebagai startup termahal di dunia, dengan nilai mencapai USD62,5 miliar.
 
Angka kerugian triliunan rupiah ini mungkin terlihat tidak besar jika dibadning dengan nilai perusahaannya. Apalagi, pada bulan Juni lalu, mereka kembali mendapatkan kucuran dana dari badan investasi Arab Saudi.

Menurut Bloomberg, sebagian besar kerugian Uber berasal dari subsidi ytang diberikan kepada semua sopir mereka di seluruh tempat Uber beroperasi.
 
Mayoritas biaya subsidi ini tersalurkan ke Tiongkok, sampai akhirnya mereka kalah oleh kompetitor Didi Chuxing. Kerugian di pasar Tiongkok tidak akan dirasakan Uber setelah bulan Agustus ini.
 
Pada kesempatan yang terpisah, CEO Uber Travis Kalanick mengatakan bahwa perusahaannya mengalami kerugian sekitar USD1 miliar di Tiongkok. Pada kuartal kedua tahun ini, mereka kehilangan USD750 juta, termasuk USD100 juta untuk operasional di pasar Amerika Serikat.
 
Persaingan juga menjadi faktor Uber mengalami kerugian di berbagai negara, mengingat para kompetitor yang terus menghadirkan harga layanan yang lebih murah.
 
Di sisi lain, Uber masih dinyatakan aman, dengan alasan mereka masih menguasai 87 persen pasar Amerika Serikat. Namun, Uber diprediksi akan terus mengalami kerugian sampai Lyft mundur dari industri ride sharing. Sebagai sesama perusahaan yang terus mendapatkan investasi, keduanya akan terus melakukan perang harga.
 
Kompetisi yang semakin keras merupakan salah satu alasan Uber dalam berinvestasi pada pengembangan layanan antar jemput tanpa sopir. Belum lama ini, mereka menanamkan uang senilai USD680 juta pada perusahaan truk Otto, yang sedang mengembangkan mobil tanpa sopir. Tidak menggunakan manusia sebagai sopir pada nantinya bisa mengurangi dana untuk subsidi.
 
Sementara itu, perwakilan Lyft menyatakan bahwa salah satu alasan kerugian Uber yang cukup besar adalah karena mereka beroperasi di pasar global yang terlalu luas.
 
“Pangsa pasar Uber menurun karena mereka menyediakan layanan di pasar yang lebih besar dari kami. Layanan kami terfokus di AS, dantumbuh 20 persen setiap tahunnya,” kata perwakilan Lyft kepada The Verge.
 
Untuk pasar India, Uber akan kembali berhadapan dengan Didi Chuxing, setelah pesaing dari Tiongkok ini menyatakan ketertarikannya untuk menggarap pasar di India. Uber juga harus berhadapan dengan Go-Jek di Indonesia, juga ikut mendapatkan dana segar senilai Rp7,2 triliun,
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan