Baca juga: Hadapi Lonjakan Kebutuhan AI, Optimasi Infrastruktur Jadi Kunci Efisiensi Data Center |
Teknologi berkembang pesat, dan sekarang lebih mudah dari sebelumnya untuk menjangkau orang. Tapi di tengah hiruk pikuk media sosial dan notifikasi yang terus-menerus ini, teknologi jelas berdampak buruk pada kesehatan mental dan membuat orang lebih sulit berkonsentrasi.
Cara terbaik untuk mengatasi masalah ini? Menurut mantan CEO Google Eric Schmidt, kamu bisa mendapatkan kembali fokus hanya dengan mematikan ponsel.
Mantan pendiri salah satu perusahaan teknologi paling berpengaruh dan bahkan meluncurkan Android kini mengatakan bahwa perangkat-perangkat ini justru memengaruhi kemampuan kita untuk fokus dan berpikir mendalam.
Berbicara di podcast Moonshots, Schmidt membahas dampak kebisingan digital yang konstan, terutama pada anak muda yang mencoba melakukan pekerjaan yang bermakna.
"Saya bekerja dengan banyak orang berusia 20-an dalam penelitian. Salah satu pertanyaan saya adalah, bagaimana mereka melakukan penelitian di tengah semua rangsangan ini? Saya bisa menjawab pertanyaan itu dengan pasti: mereka mematikan ponsel mereka,” katanya dikutip dari India Today, Senin, 28 Juli 2025.
Schmidt menyoroti peran teknologi canggih dalam krisis perhatian yang meningkat ini.
"Kami pada dasarnya telah mencoba memonetisasi semua jam bangun kamu. Iklan, hiburan, langganan, semuanya bersaing untuk mendapatkan perhatian kamu, dan itu sangat bertentangan dengan cara manusia berpikir," tegas dia.
Komentarnya datang dari seseorang yang pernah memimpin Google, perusahaan yang produknya malah berusaha mempertahankan perhatian pengguna sosial media. Tapi Schmidt tidak menampik dari ironi itu.
"Kamu tidak bisa berpikir mendalam sebagai peneliti dengan benda ini berdengung," katanya, merujuk pada telepon.
"Bahkan aplikasi yang seharusnya membantu kamu rileks, cukup matikan ponselnya. Begitulah cara manusia bersantai selama 70.000 tahun," tegas dia.
Dan ini bukan pertama kalinya kita diperingatkan tentang tanda bahaya gangguan digital. Komentar Schmidt mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas dan berkembang di kalangan peneliti dan psikolog.
Seorang peneliti perhatian terkemuka, Gloria Mark dalam studinya menemukan bahwa rentang perhatian rata-rata pada layar telah merosot dari 2,5 menit dua dekade lalu menjadi hanya 47 detik hari ini.
Konsekuensinya sangat luas, termasuk pemikiran yang terpecah-pecah, daya ingat yang buruk, dan peningkatan stres.
Pelatih otak dan penulis buku Limitless, Jim Kwik, menunjukkan bahwa masalah dengan gangguan digital bukan hanya kelupaan. Itu adalah perhatian yang terbagi.
"Mereka menyalahkan retensi mereka, tapi sebenarnya lebih pada perhatian mereka," katanya kepada Forbes.
Setiap dering, bunyi, dan notifikasi membuat kita terganggu. Dan kita bertanya-tanya mengapa kita tidak bisa mengingat hal-hal dalam rapat atau bersama keluarga kita.
Penurunan kepuasan dan persepsi belajar
Studi terpisah dari National Institutes of Health (NIH) mengaitkan gangguan digital dengan penurunan kepuasan dan persepsi belajar. Studi tersebut menemukan bahwa pengguna yang lebih muda, dan mereka yang tidak terlibat dalam lingkungan belajar langsung, sangat rentan.Perilaku yang sering dilakukan seperti mengecek waktu, bosan menggilir, atau mengirim pesan instan semuanya merupakan prediktor tingkat gangguan yang lebih tinggi. Meskipun Schmidt menekankan untuk mematikan ponsel, ia juga menawarkan pendekatan berbeda untuk menggabungkan teknologi dan fokus.
Dia menyarankan agar orang-orang dapat terus menggunakan teknologi, tetapi untuk fokus mereka perlu membebaskan diri dari hal-hal yang mengganggu.
Dia memberikan contohnya sendiri di mana dia mencatat bagaimana dia menggunakan AI Gemini Google untuk bertukar pikiran selama enam jam berturut-turut selama penerbangan, dan ini mungkin karena tidak ada gangguan, tidak ada iklan, tidak ada media sosial.
Dia menyarankan mematikan teknologi mungkin bukan satu-satunya solusi, orang masih bisa menggunakannya secara efektif, selama mereka menjauhi gangguan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id