Ilustrasi.
Ilustrasi.

Hadapi Lonjakan Kebutuhan AI, Optimasi Infrastruktur Jadi Kunci Efisiensi Data Center

Cahyandaru Kuncorojati • 28 Juli 2025 11:51
Jakarta: Di tengah era adopsi cloud dan kecerdasan buatan (AI) yang masif, industri data center global menghadapi sebuah tantangan besar. 
 
Di satu sisi, para pembuat kebijakan menyadari manfaat pusat data bagi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain, ada tekanan kuat terkait dampak operasionalnya terhadap penggunaan listrik dan air di komunitas lokal.
 
Menurut Alexey Navolokin, General Manager Asia Pasifik (APAC), solusi paling strategis untuk mengatasi tantangan ini bukanlah sekadar membangun pusat data baru, melainkan mengoptimalkan infrastruktur yang sudah ada untuk memaksimalkan kinerja.

Alexey menyebut para CIO dan pemimpin TI saat ini berada di bawah tekanan besar untuk menyediakan infrastruktur komputasi berkinerja tinggi guna menangani beban kerja AI yang semakin menantang. 
 
Prediksi industri menunjukkan bahwa sementara kapasitas data center TI global akan tumbuh sebesar 12,3% per tahun hingga 2028, konsumsi listriknya akan melonjak jauh lebih cepat sebesar 23,3% pada periode yang sama.
 
Meskipun banyak pusat data baru yang sangat efisien telah dibangun, seperti Superkomputer LUMI di Finlandia yang menggunakan 100% energi hidroelektrik, efisiensi energi saja tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan AI yang terus meningkat.
 
“Solusi cerdas yang kini menjadi sorotan adalah melakukan modernisasi pada infrastruktur yang ada. Banyak data center saat ini masih beroperasi dengan perangkat keras yang sudah berusia 10 tahun,” kata Alexey.
 
“Dengan melakukan pembaruan ke sistem server yang lebih baru, data center dapat menjalankan tugas yang sama dengan jauh lebih efisien,” imbuhnya.
 
Peningkatan ini diklaim memungkinkan mereka mempertahankan bandwidth yang sama dengan jumlah rak yang lebih sedikit, sehingga memberikan ruang fisik yang signifikan untuk kebutuhan TI di masa depan dan memungkinkan eksperimen dengan beban kerja AI yang mutakhir.
 
“Proses upgrade bukan hanya tentang membeli chip terkuat yang terjangkau. Para pengambil keputusan TI harus mencari penyedia yang dapat menawarkan infrastruktur data center menyeluruh, yang menggabungkan chip berkinerja tinggi, jaringan, dan yang terpenting, software terbuka (open software) agar berbagai komponen dapat saling berkomunikasi,” jelas Alexey.
 
Sebagai contoh, AMD telah berhasil mencapai peningkatan efisiensi energi tingkat node sebesar 38 kali lipat untuk pelatihan AI dan HPC hanya dalam lima tahun terakhir. Hal ini setara dengan pengurangan energi sebesar 97% untuk kinerja yang sama.
 
Sebagai studi kasus nyata, Kakao Enterprise di Korea Selatan, dengan beralih ke prosesor AMD EPYC, berhasil mengurangi total kebutuhan servernya hingga 40%, sekaligus mencapai peningkatan performa sebesar 30% dan pemotongan total biaya kepemilikan sebesar 50%. 
 
Ini membuktikan bahwa dengan arsitektur yang tepat, data center dapat mengubah tantangan efisiensi menjadi keunggulan kompetitif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan