Sidd Bikkannavar dalam salah satu acara balapan yang dia hadiri. (Shane Winter)
Sidd Bikkannavar dalam salah satu acara balapan yang dia hadiri. (Shane Winter)

Ditahan di Perbatasan, Pegawai NASA Dipaksa Berikan PIN Ponsel

Ellavie Ichlasa Amalia • 13 Februari 2017 15:36
medcom.id: Dua minggu lalu, Sidd Bikkannavar terbang kembali ke Amerika Serikat setelah menghabiskan beberapa minggu di Amerika Selatan.
 
Bikkannavar adalah pekerja di Jet Propulsion Lab (JPL) NASA. Dia pergi atas rencana pribadi, karena ketertarikannya akan balapan mobil tenaga surya. Belum lama ini, dia telah bergabung dengan tim Chili. Pada bulan Januari, dia ikut serta dalam balapan di Patagonia.
 
Bikkannavar sering berpergian ke luar negeri. Namun, kepulangannya ke negara asalnya kali ini tidak berjalan mulus. Bikkannavar pergi ke Amerika Selatan pada 15 Januari, di bawah kepemimpinan pemerintahan Obama. Dia kembali dari Santiago, Chili ke George Bush Intercontinental Airport di Houston, Texas pada 30 Januari, satu minggu setelah dimulainya pemerintahan Trump.

Bikkannavar mengaku bahwa dia ditahan oleh Customs and Border Patrol (CBP) dan dipaksa untuk memberikan ponsel dan kode PIN ponselnya. Keengganan Bikkannavar adalah karena ponsel itu merupakan properti NASA, ia mungkin mengandung konten sensitif yang seharusnya tidak dibagikan kepada sembarang orang.
 
Ponsel Bikkannavar lalu dikembalikan setelah ponsel itu digeledah oleh CBP. Namun, dia mengaku tidak tahu data apa yang diambil dari ponsel miliknya.
 
Peneliti JPL itu kembali ke AS 4 hari setelah penandatanganan perintah eksekutif yang kontroversial terkait para pendatang. Larangan tersebut menyebabkan keributan di berbagai bandara di AS, karena orang-orang yang telah memiliki Green Card sekalipun tetap ditahan atau bahkan dideportasi. Beberapa hari setelah ditandatangani, peraturan itu dibekukan. Namun, menurut Departemen Luar Negeri AS menyebutkan, perintah tersebut telah membuat lebih dari 60 ribu visa dibatalkan.
 
Masalah yang dialami oleh Bikkannavar membuat perhatian masyarakat kembali tertuju pada seberapa besar kekuasaan CBP untuk mengakses informasi digital pendatang, tidak peduli apakah mereka warga negara AS atau bukan.
 
Pada bulan Januari, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) memprotes karena CBP diizinkan untuk meminta informasi media sosial warga negara AS beragam Islam ketika mereka kembali ke AS. Ada bukti bahwa perlakuan seperti ini juga berlaku pada semua pendatang asing.
 
Minggu lalu, Menteri Keamanan Dalam Negeri John Kelly berkata, orang-orang yang hendak datang ke AS mungkin akan diminta untuk memberikan password media sosial mereka.
 
Ditahan di Perbatasan, Pegawai NASA Dipaksa Berikan PIN Ponsel
(AP Photo Ross D. Franklin, File)

Padahal, kembalinya Bikkannavar ke AS seharusnya tidak menimbulkan masalah. Tidak hanya dia merupakan warga negara AS yang terlahir di AS, dia juga menjadi bagian dari program Global Entry, program yang memungkinkan seseorang yang telah melalui pemeriksaan untuk mempercepat proses imigrasi saat dia kembali setelah pergi ke luar negeri.
 
Selain itu, Bikkannavar juga tidak mengunjungi negara-negara yang masuk ke dalam daftar yang warganya dilarang untuk masuk ke AS. Dia juga telah bekerja di JPL -- salah satu badan utama di pemerintah -- selama 10 tahun. 
 
"Saya tidak tahu harus berkata apa tentang ini," ujar Bikkannavar pada The Verge. "... Saya sedikit kaget karena ini." Bikkannavar bercerita, saat tiba di Houston, dia ditahan oleh CBP setelah paspornya dipindai. Dia diminta menunggu. Sekitar 40 menit berlalu sebelum dia dipanggil untuk wawancara. 
 
"Dia membawa saya ke ruang tanya-jawab dan menjelaskan bahwa saya akan masuk ke AS dan mereka perlu menggeledah barang-barang saya untuk memastikan saya tidak membawa sesuatu yang berbahaya," katanya.
 
Kemudian, dia ditanya darimana dia berasal, tempat dia tinggal dan pekerjaannya. Semua informasi ini seharusnya sudah diketahui oleh CBP, mengingat Bikkannavar menjadi bagian dari Global Entry. "Saya bertanya, 'Kenapa saya ditahan?' dan dia tidak mau menjawab saya."
 
CBP juga menjelaskan bahwa mereka memilik hak untuk memeriksa ponselnya. Bikkannavar tidak mau memberikan ponselnya karena ia diberikan oleh JPL dan ponsel itu adalah properti NASA. Dia bahkan menunjukkan barcode pada bagian belakang ponsel. Namun, CBP berkeras untuk memeriksa ponsel itu, dan bahkan meminta PIN ponsel tersebut.
 
"Dengan hati-hati, saya tidak mau memberikan kesan bahwa saya menolak bekerja sama, saya memberitahu petugas bahwa saya tidak boleh memberikannya," ujar Bikkannavar. "Saya jelaskan padanya, saya tidak boleh memberitahukan passcode; saya harus melindungi akses ke ponsel. Namun, dia berkeras mereka punya kuasa untuk itu."
 
Ditahan di Perbatasan, Pegawai NASA Dipaksa Berikan PIN Ponsel
(NASA)

Bikkannavar tidak boleh pergi sampai dia memberikan PIN ponselnya pada CBP. Dokumen yang ditunjukkan oleh CBP sebagai bukti bahwa mereka berhak menggeledah ponsel Bikkannavar juga menyebutkan konsekuensi yang harus dihadapi oleh Bikkannavar jika dia tidak mengizinkan CBP untuk menyalin konten ponselnya.
 
"Saya tidak mau mempertimbangkan konsekuensi tersebut," dia berkata. "Konsekuensi itu membahas tentang penahanan dan penyitaan." Pada akhirnya, dia memberikan ponsel beserta PIN-nya. Sang pegawai CBP lalu pergi dan tidak kembali sampai 30 menit kemudian.
 
Bikkannavar akhirnya mendapatkan kembali ponselnya. Tapi, ia tidak yakin apa yang dilakukan pada ponselnya ketika ia di tangan CBP. Saat ponselnya dikembalikan, ia segera mematikan ponsel itu. Dia tahu dia harus segera membawa ponselnya ke departemen IT di JPL. Begitu sampai di Los Angeles, dia pergi ke NASA dan memberitahukan bosnya tentang apa yang terjadi.
 
Bikkannavar tidak menjelaskan apa yang mungkin terjadi pada ponselnya. Namun, dia berkata, tim keamanan siber di JPL sama sekali tidak senang akan kejadian ini. Bikkannavar menyebutkan, alasannya membawa ponsel dari NASA saat dia berpergian adalah karena dia khawatir terjadi sesuatu di tempat kerjanya saat dia sedang berpergian. 
 
Namun, pekerja di NASA berkewajiban untuk melindungi informasi terkait pekerjaan mereka, tidak peduli seberapa sepele data itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan