AiDEA Weeks 2025: AI Dorong Produktivitas, Tapi Kompetensi dan Etika Jadi Syarat Utama
AiDEA Weeks 2025: AI Dorong Produktivitas, Tapi Kompetensi dan Etika Jadi Syarat Utama

AI Dorong Produktivitas, Tapi Kompetensi dan Etika Jadi Syarat Utama

Muhammad Syahrul Ramadhan • 08 November 2025 18:44
Jakarta: Sesi terakhir dari pekan pertama AiDEA Weeks 2025 menutup rangkaian diskusi dengan topik “AI for Better Productivity & Growth”. Sesi ini menghadirkan tiga pembicara dari industri kreatif dan teknologi, yaitu Indira Naratis, Sr. Content Operations Manager TikTok; Buchara Runyandra, Content & Campaign Specialist Ogilvy; serta Bontot Pandawa, CEO sekaligus Founder Videoin.id.
 
Diskusi yang dimoderatori oleh Ignatius Hendrik, Committee Lead AiW / Pranala Social, menyoroti bagaimana AI telah mempercepat workflow di dunia kerja modern, namun tetap menuntut kesadaran manusia untuk menjaga empati dan nilai kemanusiaan di balik efisiensi yang ditawarkan teknologi.

AI sebagai Pendorong Inovasi dan Refleksi Diri

Indira Naratis menjelaskan bahwa AI kini menjadi bagian integral dari sistem operasional dan proyek yang ia tangani. Di perusahaannya, teknologi generative AI digunakan untuk mengubah text to video, bahkan menggabungkan unsur gambar dan suara.
 
“Kita memang ngumpulin komunitas dan kreator yang punya visi di AI. Mereka bisa masukin prompt, masukkan referensi gambar ke aplikasi kita, lalu bisa add sound juga jadi semacam story maker,” ujar Indira.

Ia menambahkan, keberadaan AI telah mengubah cara berpikir dan bekerja para kreator digital.
 
“Dulu kalau ngomongin efisiensi dan efektivitas, itu udah pasti, thanks to AI semua bisa lebih cepat. Tapi the biggest change buat aku justru di cara berpikir. Karena obstacle makin sedikit, kita bisa lebih fokus ke hal yang penting dan lebih kreatif,” tuturnya .
 
Bagi Indira, AI juga berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan kemampuan manusia sendiri.
 
“AI itu is a mirror. Dia hanya memantulkan kapabilitas kita. Jadi jangan sampai karena cepat kita malah kehilangan sense of self. AI bisa bantu kita refleksi, tapi tetap kita yang harus punya taste dan arah,” jelasnya.
 
Baca juga: AiDEA Weeks 2025 Tegaskan Pentingnya Sentuhan Manusia dalam Industri Kreatif di Revolusi AI
 

Humanity dan Empati Tak Bisa Digantikan

Sementara itu, Buchara Runyandra dari Ogilvy menyoroti pentingnya keseimbangan antara logika dan kemanusiaan dalam penggunaan AI. Ia menilai, teknologi ini mampu memperkuat cara berpikir, tapi tidak bisa menggantikan pengalaman manusia.
 
“AI bisa memperkuat logika, tapi gak akan pernah bisa dapetin humanity dari manusia sendiri. Humanity, feeling, dan experience itu yang gak bisa digantikan,” ujar Buchara.
 
Menurutnya, efisiensi yang ditawarkan AI justru harus disertai pemahaman mendalam terhadap konteks dan rasa.
 
“AI bisa bantu kita kerja cepat, tapi bukan berarti selalu tepat. Taste dan feeling manusia tetap harus hadir, karena dari situlah ide bisa punya makna,” tambahnya.

Kompetensi dan Empati Jadi Kunci


Bontot Pandawa, Founder Videoin.id, berbagi pandangan bahwa AI telah membantu menghidupkan intuisi kreatif dan membuka peluang baru bagi para pekerja lepas maupun wirausaha digital.
 
“AI itu membantu memproses ide dan data, tapi intuisi tetap dari kita. Itu yang membangkitkan ide-ide baru yang lahir dari diri sendiri,” ujar Bontot.
 
Namun, ia juga mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada AI tanpa kompetensi yang kuat bisa memunculkan masalah baru.
 
“Yang paling penting buat profesional itu kompetensi dulu. Jangan sampai kita terlalu mengandalkan AI, akhirnya malah mandek. Kalau gak punya kompetensi, AI malah bikin kita bingung,” tegasnya.
 
Menjadi Manusia di Era AI
 
Menutup sesi, para pembicara sepakat bahwa produktivitas sejati di era AI bukan hanya soal kecepatan, tapi juga kesadaran. AI harus menjadi alat untuk memperkuat manusia, bukan menggantikannya.
 
“AI bisa bantu kita berpikir lebih logis, tapi gak akan pernah punya rasa dan pengalaman manusia,” ujar Buchara lagi.
 
“Karena semuanya serba cepat, kita justru harus lebih sadar dengan apa yang kita buat,” tambah Indira .
 
Sesi ketiga ini menutup AiDEA Weeks 2025 dengan pesan kuat: masa depan produktivitas bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling manusia dalam memanfaatkan teknologi.
 
(Sheva Asyraful Fali)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(RUL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan