Ketua GASA Indonesia Chapter, Reski Damayanti dalam peluncuran ‘State of Scams in Indonesia 2025’ (Foto: Medcom.id/Syahrul Ramadhan)
Ketua GASA Indonesia Chapter, Reski Damayanti dalam peluncuran ‘State of Scams in Indonesia 2025’ (Foto: Medcom.id/Syahrul Ramadhan)

Laporan GASA Sebut 86 Persen Masyarakat Indonesia Pede Bisa Kenali Scam, Tapi…

Muhammad Syahrul Ramadhan • 31 Oktober 2025 18:21
Jakarta: Laporan GASA ‘State of Scams in Indonesia 2025’ menyebutkan bahwa 86 persen masyarakat Indonesia pede alias percaya diri bisa mengenali scam atau penipuan. Tapi ternyata masih banyak yang menjadi korban.
 
Global Anti Scam Alliance (GASA) Indonesia Capter bekerja sama dengan Mastercard dan Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) meluncurkan ‘State of Scams in Indonesia 2025’ pada Jumat, 31 Oktober 2025. Penelitian ini dilakukan melalui survei daring terhadap 1.000 responden berusia 18 tahun ke atas di seluruh Indonesia, antara 26 Februari hingga 14 Maret 2025. 

Masih Banyak yang Menjadi Korban Scam

Meski mayoritas responden mengaku pede dengan kemampuannya mendeteksi scam yang mana itu merupakan kabar baik, namun berdasarkan data sebanyak 35 persen dari responden pernah menjadi korban scam atau penipuan. Dan 14 persen mengalami kerugian finansial yang totalnya mencapai Rp49 triliun (setara US$3,3 miliar), atau rata-rata Rp1,7 juta per orang dan 12 bulan terakhir.
 
Terkait hal tersebut Ketua GASA Indonesia Chapter, Reski Damayanti, menekankan bahwa perlu dibedakan antara percaya diri dan mampu mengenali scam.

Reski menyampaikan jika dirinya sebagai responden ditanya apakah bisa mengenali scam maka dengan pede menjawab bisa. Namun, faktanya dirinya juga pernah menjadi korban penipuan. 
 
“Mungkin kalau tadi ditanya ke saya, bisa nggak? Confidence bisa mengenali scam? Mungkin saya juga akan menjawab, iya. Tapi faktanya, saya juga jadi korban scam,” kata Reski dalam sesi panel peluncuran laporan ‘State of Scams in Indonesia 2025’ di Kantor Google Indonesia, Jumat, 31 Oktober 2025.
 
Karena itu, sesuai dengan 10 rekomendasi dalam State of Scams in Indonesia 2025 yang salah satunya adalah memberdayakan konsumen dengan edukasi yang berkelanjutan.
 
“Kita harus terus-menerus meningkatkan kapabilitas. Karena pasti manusia itu ada titik lemahnya. Dan scammer ini pintar banget untuk menemukan titik lemahnya. Jadi, titik lemahnya saya ingin fashionable, beli baju, gitu. Atau mungkin beli-beli peralatan rumah. Atau misalnya tadi yang paling terbesar adalah investasi. Itu adalah titik lemah manusia,” bebernya.
 
Baca juga: GASA Luncurkan Laporan State of Scams in Indonesia 2025

 
Dalam laporan ‘State of Scams in Indonesia 2025’ temuan utamanya meliputi:
 
Dua dari tiga (66 persen) orang dewasa di Indonesia mengalami penipuan dalam setahun terakhir, hal ini setara dengan 55 paparan per orang per tahun.
 
Sebanyak 35 persen responden menjadi korban penipuan, dan 14 persen mengalami kerugian finansial.
 
Total kerugian mencapai Rp49 triliun (setara US$3,3 miliar), atau rata-rata Rp1,7 juta per orang dan 12 bulan terakhir.
Platform yang paling sering digunakan pelaku adalah pesan langsung, seperti aplikasi pesan instan dan SMS.
 
34 persen responden berpendapat bahwa lembaga publik, terutama pemerintah, bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari penipuan digital.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(RUL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan