"Saya rasa, ini akan menumbuhkan kemungkinan baru," kata Musk. "Kami ingin perlombaan luar angkasa baru. Itu menyenangkan."
Falcon Heavy meluncur dari Launchpad 39A Kennedy Space Center pada 6 Februari 15.45 ET atau 7 Februari 3.45 WIB. Setelah meluncur, ketiga booster roket melepaskan diri untuk kembali mendarat. Dua di antara tiga booster itu sukses mendaratkan diri di Cape Canaveral, dan satu booster gagal mendarat.
Dalam industri peluncuran roket, semua bagian roket biasanya hanya digunakan satu kali. Mengingat SpaceX telah sukses untuk mendaratkan kembali booster dari roketnya, maka mereka bisa dengan cepat memulihkan modal yang mereka keluarkan.
"Saya rasa, ini akan mendorong perusahaan dan negara lain untuk berpikir, 'Hei, jika SpaceX yang perusahaan komersil bisa melakukan ini, tak ada orang yang membiayai peluncuran Falcon Heavy, peluncuran menggunakan dana internal perusahaan,' itu berarti mereka juga akan bisa melakukan hal yang sama," kata Musk seperti yang dikutip dari Business Insider.
"Karena itu, saya menganggap, ini akan mendorong perusahaan dan negara lain untuk membuat target yang lebih tinggi dan membuat mereka berkata, 'Kita bisa melakukan sesuatu yang lebih besar, lebih baik,' dan ini adalah sesuatu yang hebat."
Falcon Heavy adalah roket pertama SpaceX yang dapat mengangkut beban berat. Diperkirakan, biaya pengiriman roket yang dapat mengangkut beban hingga 64 ton itu mencapai USD90 juta (RP1,2 triliun). Namun, biaya itu hanya sepertiga dari peluncuran roket serupa. Itu bukan berarti biaya investasi Falcon Heavy murah.
"Investasi kami hingga sekarang mungkin lebih mahal dari yang saya kira," kata Musk. Dia kemudian menyebutkan bahwa total investasi yang dikucurkan mencapai lebih dari setengah miliar dollar AS, mungkin lebih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News