"Sebelum hidupkan komputer, putuskan hubungan internet, baik melalui LAN atau WiFi," ujar Rudiantara saat membuka acara Indonesia Technology Forum di Djakarta Theatre, Selasa (16/5/2017). "Setelah itu lakukan backup."
Saran ini masuk akal, mengingat WannaCry adalah ransomware yang akan mengenkripsi data pengguna dan meminta tebusan.
Rudiantara juga menyebutkan, serangan WannaCry belum berakhir. "Hingga saat ini, ransomware belum bisa didekripsi," ujarnya. Karena itulah, bagi korban WannaCry disarankan untuk tidak membayar uang tebusan, karena tidak ada jaminan file yang telah terenkripsi akan dikembalikan.
Meski ada korban WannaCry di Indonesia, Rudiantara merasa, kita masih lebih "beruntung" jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa, yang dilaporkan merupakan salah satu kawasan dengan korban paling banyak. Dia bercerita tentang Samsat di luar Jawa yang melaporkan bahwa beberapa komputernya, tidak lebih dari 10 , terinfeksi WannaCry.
Dia merasa, hal ini masih dimaklumi. Alasannya, karena masih banyak orang yang menggunakan sistem operasi bajakan. "Semakin banyak orang yang menggunakan sistem operasi bajakan, semakin besar potensi terkena ransomware," ujarnya. "Sistem operasi open source seperti Linux justru tidak kena."
Rudiantara juga membahas tentang bagaimana komputer yang menjadi korban WannaCry adalah komputer yang masih menggunakan sistem operasi Windows lama. Akhir kata, Rudiantara juga menyarankan pengguna komputer untuk memanfaatkan antivirus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News