DOTA 2 merupakan game bergenre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang memang digandrungi di negara tersebut. Di sana, sudah ada kompetitor dengan game serupa, League of Legends garapan Riot Games di bawah naungan Tencent.
"Selain dari kepopuleran game tersebut. Pertumbuhan pengguna Steam di Tiongkok juga didukung oleh proses melokalkan konten game, menyediakan harga game sesuai dengan negara tersebut, menyediakan metode pembayaran yang mudah serta koleksi game yang lengkap yang sebelumnya diblokir pemerintah Tiongkok," jelas Daniel dikutip dari PC GAMER.
Di satu sisi hal kehadiran Steam juga dilihat Daniel sebagai alat untuk mendukung pertumbuhan studio pengembang game di Tiongkok yang belum dirangkul oleh publisher besar.
"Misalnya game berjudul The Scroll of Taiwu garapan Studio Wuxia yang hanya hadir dalam bahasan dan aksara Tiongkok, ternyata laku dan sudah dibeli 600.000 kali," imbuh Daniel.
Daniel memberikan contoh lain yakni game simulasi berjudul Chinese Parent, yang menyajikan gameplay strategi pemain sebagai orangtua untuk membesarkan anak mereka hingga berhasil masuk jenjang kuliah. Game tersebut berhasil menjadi game paling populer, padahal berasal dari studio developer game indie.
Melihat kesuksesan ini, Daniel melaporkan bahwa pemerintah setempat dalam waktu dengan akan segera merilis rekomendasi proses perizinan untuk perusahaan game dan kafe internet yang beroperasi di Tiongkok.
Sebelumnya, industri game di Tiongkok agak melesu lantaran pemerintah menghentikan sementara proses perizinan peluncuran game dengan alasan restrukturisasi badan pemerintahan Tiongkok. Hal ini sempat mempengaruhi bisnis perusahaan seperti Tencent.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News