Berada di Desa Kolbano, Timor Tengah Selatan (TTS), pantai ini berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Kupang. Waktu tempuh yang dihabiskan dalam perjalanan sekitar tiga hingga empat jam menggunakan kendaraan bermotor.
Jalan menuju Pantai Kolbano tak sulit dan menembus trek lurus yang membelah sawah kering luas di Desa Bena. Ratusan sapi yang merumput, menjadi pemandangan di kiri-kanan jalan. Area yang terbuka di jalur lurus ini membuat angin sangat kencang menerpa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Rumah penduduk setempat berbahan batang pohon bebak dan beratap ijuk, tampak eksotik sepanjang jalan. Pemandangan pantai dari jalan utama adalah gradasi warna biru nan indah, seakan bersepakat dengan langit yang berwarna senada.
Pantai unik
Dari semua pantai di tanah Timor, Pantai Kolbano bisa dibilang sebagai pantai unik. Hamparan bebatuan berbeda warna, berserakan bebas hingga bibir pantai. Sehingga, kaki tak akan tertempel butiran pasir saat bermain air pantai.Bila lelah bermain di pantai, tak perlu pergi jauh mencari tempat untuk rehat. Anda tinggal duduk di bebatuan pinggir pantai atau pun sambil berbaring santai. Pejamkan mata, nikmati suara alam berupa debur ombak, dan buaian lembut angin yang semilir.
Aneka warna batu pun menjadi panorama menarik. Merah, putih, merah muda, coklat, biru, hitam dan lainnya membentuk formasi acak yang sedap dipandang. Terkadang, ada motif pada batu bak lukisan yang disaput alam, berupa sulur-sulur tumbuhan pantai yang menyatu dengan batu.

Fatu Un di tepi Pantai Kolbano tampak seperti kepala manusia yang memandang ke lautan lepas. (Foto: Arthurio Oktavianus/Medcom.id)
Uniknya lagi, ada bongkahan batu besar di tepi pantai berbentuk kepala manusia, yang penduduk setempat sebut sebagai Fatu Un. Berdasarkan situs dinas pariwisata TTS, secara obyektif Fatu Un artinya pohon batu.
Selain itu, nama tempat tersebut sesungguhnya adalah Fatu Hanin yang dalam ucapan orang Timor (Atoni Meto). Fatu Han adalah batu yang ditanam. Batu ini merupakan simbol persitiwa perpisahan antara dua suku di Kolbano.
Konon, simbol tersebut bertujuan agar keturunan dari dua suku itu dapat mengingat peristiwa perpisahan itu.
Legenda Kolbano
Cerita lain berdasarkan kisah penduduk yaitu tentang nama Kolbano. Adalah Raja Sole bernama Pne Faifnome dengan kerajaan berada di Balka ma Laepun. Wilayah kekuasaan kerajaan ini meliputi Hu moen, Pah nai, Balka dan Laepun. Lambang dari kerajaan ini adalah faifnome yang berarti bintang fajar.Raja Sole meminta abdinya untuk mengolah Etu (kebun kerajaan) di daerah bernama Noe Sop untuk ditanami sain (jemawut berbiji halus, berbentuk bulat dan kecil pada satu bulir). Tanaman ini tumbuh berumpun, bentuk daun mirip daun padi.

Nelayan menggunakan sampan kayu yang melaut dan mengarungi ombak Pantai Kolbano. (Foto: Arthurio Oktavianus/Medcom.id)
Titah raja dilaksanakan, sain pun tumbuh subur. Saat masuk musim panen, abdi yang bertugas kelelahan. Etu tak terjaga dan diserang kolsain (burung pemakan sain). Bulir sain tak bersisa. Kepanikan para abdi bertambah mendengar raja akan datang melihat sain yang ditanam.
Saat tiba, raja heran sain yang ditanam rusak dan tak bersisa. Penuh ketakutan, para abdi berbohong dengan mengarang cerita untuk menutupi kelalaiannya. Raja berusaha bijak dan memaklumi ketakutan para abdi.
Sebelum kembali ke kerajaan, satu nama disematkan raja untuk tempat itu: Kolbano. Adapun artinya adalah burung yang bersuara seperti giring-giring.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)
