“Ada dua (PR) besar dan sudah saya katakan di Rembug Nasional. Pertama adalah bencana, baik bencana alam dan bencana tidak alam,” ujar Menpar di Gedung Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Selasa, 15 Oktober 2019.
Bencana alam sendiri tidak bisa diperkirakan kapan tibanya dan di mana lokasi kejadiannya. Maka untuk Menteri Pariwisata selanjutnya tidak boleh menutup mata terkait hal ini.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Namun, kata Arief, sebagian besar destinasi wisata di dalam negeri sudah mulai dilengkapi dengan sistem mitigasi yang baik. Persoalan bencana yang juga harus diperhatikan ialah bencana tidak alam, seperti zero dollar tour dan polemik Pulau Komodo.
"Bencana tidak alam atau bencana sosial, jarang. Contoh, zero dollar tour. itu tidak perlu seperti itu terjadi. Polemik Komodo juga. Itu impact-nya sangat besar, seharusnya saya tidak buka tapi ini ilmu," tuturnya dalam acara peluncuran Calendar of Events Nasional (COE) 2020.
Ia memaparkan, bencana tidak alam dapat menyebabkan kerugian besar bagi pariwisata Indonesia. Salah satunya, memengaruhi separuh turis dari China yang hilang atau enggan berkunjung ke destinasi wisata di Indonesia.
Poinnya, untuk Menteri Pariwisata periode 2019-2024, bagaimana cara mendeteksinya dan memikirkan bagaimana pendekatan yang tepat. PR kedua, terkait dengan anggaran Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
"Anggara yang dialokasikan Kemenpar itu hanya 45 persen. Ini challenge yang sangat besar, tantangan yang ada tahun 2020. Sudah saya sampaikan ke Pak Luhut (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan) dua hal itu," papar Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
