“Stres normal akan berhenti ketika kejadian yang memicunya berakhir dan jenis stres ini cenderung bisa sembuh sendiri,” ujar Dr Lawrence Weinstein, M.D., kepala petugas medis untuk American Addiction Centers.
“Toxic stress berdampak pada respons stres alami dan tidak sadar yang kita miliki, dan ini berlangsung pada jangka waktu tertentu.”
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dr Casey Green, M.D., direktur medis Greenhouse Treatment Center di Grand Prairie, Texas, mengatakan bahwa stres yang tidak biasa pada beberapa situasi yang menyebabkan toxic stress dan terasa seperti sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Ia menjelaskan bahwa faktor stres umum mencakup perubahan pada pekerjaan atau rutinitas Anda. Sedangkan toxic stress dapat mencakup trauma, peristiwa yang mengubah hidup seseorang, dan paparan terus-menerus terhadap pelecehan, penelantaran, kekerasan dan kemiskinan.
Mengapa perbedaan itu penting?
Karena setiap jenis stres memiliki efek pada tubuh Anda dan Anda harus memperhatikannya. Sebuah studi pada 2013 pada tikus yang dilakukan oleh para peneliti di University of California, Berkeley, menemukan bahwa mengalami stres yang muncul dan hilang mungkin dapat meningkatkan kesehatan otak Anda dengan membuat Anda lebih waspada.Namun merasa stres secara teratur dan terus menerus dapat merusak kesehatan mental Anda.
Faktanya, sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam Psychological Science (APS) menemukan bahwa stresor harian yang ringan dapat berdampak negatif bagi kesehatan Anda bahkan setelah satu dekade.
"Orang yang berbeda mengatasi stres dengan cara yang berbeda dan bagaimana kita mengatasi stres sering kali berhubungan dengan kesehatan kita secara keseluruhan,” kata Dr Robert Segal, MD, pendiri Manhattan Cardiology dan co-founder LabFinder.com.
"Beberapa orang cenderung minum terlalu banyak alkohol, atau berpartisipasi dalam perilaku tidak sehat lainnya yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan berdampak negatif bagi kesehatan jantung Anda."
Sedangkan toxic stress menimbulkan risiko yang lebih besar bagi kesehatan Anda dalam jangka panjang. Weinstein mengatakan bahwa kortisol alias hormon yang dilepaskan tubuh Anda sebagai respons terhadap stres merupakan penyebab utamanya.
"Hormon, secara berlebihan, dapat menyebabkan penurunan volume otak, secara negatif memengaruhi wilayah hippocampus otak, dan mengurangi ukuran korteks prefrontal, area otak yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan pengendalian diri," ujar Weinsten.
“Penurunan pada area tersebut menyebabkan depresi, kecemasan, kehilangan sinapsis otak, penurunan memori bertahap, demensia, dan gangguan neuropsikiatri lainnya.”
Menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI), anak-anak yang mengalami toxic stress cenderung tiga kali lebih mungkin mengalami depresi dan empat kali lebih mungkin mengembangkan gangguan penggunaan zat terlarang daripada populasi umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)