Sadar atau tidak sadar, situasi ini memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan mental maupun fisik manusia. Dilansir dari Psychology Today, ketika pikiran merasakan situasi yang berpotensi berbahaya, pikiran mempersiapkan tubuh dengan meningkatkan detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
Respons ini membantu manusia sebelumnya berlari lebih cepat atau melawan predator dan musuh (outrun or fight). Situasi penuh tekanan ini memberikan reaksi fisik yang sama walaupun secara fisik manusia tidak dihadapkan dengan predator. Dan hasilnya adalah stres.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Permasalahan muncul ketika respons stres ini diulangi berulang kali dari waktu ke waktu. Bukti menunjukkan bahwa keadaan ini dapat berkontribusi pada masalah kesehatan, termasuk depresi, kecemasan, insomnia, penyakit jantung, ruam kulit dan masalah pencernaan, dan masih banyak lagi.
Diskriminasi picu orang alami stres
Sekarang semakin banyak bukti menunjukkan bahwa diskriminasi rasial dapat memicu respons stres ini. Akibatnya, ras minoritas mungkin mengalami lebih banyak masalah kesehatan.Satu ulasan dari 121 penelitian yang diterbitkan pada 2013 menemukan bahwa remaja berusia antara 12 dan 18 yang melaporkan mengalami diskriminasi, secara signifikan lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalaminya.
Tinjauan lain dari 66 penelitian menemukan bahwa orang dewasa berkulit hitam yang merasa bahwa mereka menjadi sasaran rasisme lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental dan lebih mungkin melaporkan kualitas hidup yang lebih rendah.
.jpg)
(Semua kehidupan sama pentingnya. Foto: Pexels.com)
Diskriminasi bisa buat orang kehilangan tujuan
Seorang peneliti utama di bidang ini yaitu Anthony Ong, seorang profesor pengembangan manusia di Kolese Ekologi Manusia Universitas Cornell menjelaskan bahwa mengalami diskriminasi atau penganiayaan secara teratur dapat memengaruhi kesehatan karena adanya harga diri seseorang terkikis.Situasi ini dapat menutup peluang seseorang untuk hidup yang bertujuan. "Meskipun semakin banyak bukti menunjukkan bahwa paparan kronis terhadap pengobatan yang tidak berlaku adil atau diskriminasi yang dialami sehari-hari bisa meningkatkan risiko kesehatan yang buruk, kelangkaan data tentang mekanisme biologis menunjukkan pentingnya untuk terus memelajari topik ini," kata Ong.
Diskriminasi buat tubuh aus
Ong menerbitkan sebuah penelitian pada tahun 2016 yang diikuti oleh lebih dari 200 orang dewasa berkulit hitam selama satu dekade. Peserta menyelesaikan survei tentang penganiayaan sehari-hari seperti, dihina, diancam, atau dilecehkan.Mereka juga menjawab pertanyaan tentang kejadian akut dari perlakuan tidak adil, seperti dihalangi melanjutkan pendidikan, tidak menerima pinjaman, atau diganggu oleh polisi.
Peserta juga menjalani tes darah untuk mengidentifikasi 22 biomarker penyakit termasuk penyakit jantung, diabetes, masalah saraf dan peradangan. Pada akhirnya, peserta yang dilaporkan mengalami lebih banyak diskriminasi berada dalam kondisi kesehatan yang lebih buruk.
Ong berpendapat bahwa mengalami diskriminasi secara teratur dapat menyebabkan “keausan” pada tubuh dari waktu ke waktu.
"Temuan kami menunjukkan bahwa mengatasi pengalaman kronis dari penganiayaan dan diskriminasi sehari-hari dapat menimbulkan banyak tanggapan yang dengan berjalannya waktu merusak sistem fisiologis yang mengatur respons stres tubuh," katanya.
Diskriminasi pengaruhi kualitas tidur
Ong menerbitkan studi kedua pada tahun 2017 dari 152 mahasiswa Asia-Amerika, yang menyelesaikan survei harian tentang stres, suasana hati, dan kesehatan fisik yang berkaitan dengan ras. Penelitian ini dilakukan selama dua minggu.Studi ini menemukan bahwa ketika peserta mengalami penganiayaan, mereka memiliki kualitas tidur yang lebih buruk. Mereka memiliki durasi tidur yang lebih pendek.
"Terus-menerus waspada terhadap ancaman terkait ras di lingkungan dapat membuat Anda tidak bisa tidur nyenyak," jelas Ong.
Jadi, diskriminasi rasial dapat menyebabkan masalah kesehatan yang mengurangi kualitas hidup selama satu tahun atau bahkan seumur hidup. Hal ini begitu buruk untuk orang yang mengalami dan lingkungannya. Jangan sampai kita melakukan hal ini ke orang di sekitar kita. Semua kehidupan sama pentingnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
