Untuk mendapatkan hubungan yang bermakna, Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Shahnaz Safitri, M.Psi., Psikolog memberikan masukan, yaitu jangan terlalu terburu-buru untuk masuk ke hubungan percintaan, bila Anda juga belum tuntas dengan diri Anda sendiri.
Jakarta: Cinta dan hubungan adalah hal yang paling sering dibahas oleh manusia khususnya anak muda. Namun di balik keseruan tersebut, sesungguhnya ada komponen yang sering terlupakan yaitu Kesiapan.
Menurut Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Shahnaz Safitri, M.Psi., Psikolog, dalam setiap tahapan kehidupan ada hal-hal yang perlu diselesaikan oleh seseorang.
Untuk anak remaja yang sedang berkembang, mereka seharusnya mengetahui identitasnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kalau remaja yang harus dia tahu adalah identitasnya siapa termasuk orientasi seksualnya apa, mau jadi apa," tuturnya pada Medcom.id.
Setelah proses itu terlewati, umumnya mereka ingin membangun dan membina hubungan dengan orang lain.
"Dalam relasi kita tahu mulai usia remaja sampai 21 tahunan ke atas di psikolog, tugas perkembangan seseorang mulai menetapkan karier, belajar membangun relasi harmonis dengan orang lain. Tugas perkembangan maksudnya di setiap tahap kehidupan ada hal-hal yang harus dituntaskan," tuturnya.
Relasi ini secara sempit diartikan sebagai hubungan percintaan. Secara luas hubungan tersebut bisa juga dikaitkan dengan masyarakat, Tuhan, lingkungan, dan apapun.
Ironisnya, orang-orang yang bahkan belum mengenali identitasnya mengenal kata cinta hanya di permukaan. Seringkali mereka memahami cinta sebagai sesuatu yang konteksnya terlepas dari sebuah relasi.
.jpg)
(Jangan terlalu terburu-buru untuk masuk ke hubungan percintaan, bila Anda juga belum tuntas dengan diri Anda sendiri. Foto: Pexels.com)
Kegagalan dalam hubungan
"Anak muda sering kali yang suka bahas cinta ini tidak tahu cinta itu apa. Kalau pun dia tahu, dia tidak tahu cara mendapatkannya. Selain itu, kadang hanya fokus pada cinta itu sendiri tapi tidak menempatkan dalam konteks relasi," tuturnya.Dengan seperti itu, dalam sebuah hubungan seseorang bisa menjadi 'toxic' satu sama lain. Jika Anda memiliki hubungan semacam ini, jangan gegabah menyebutnya sebagai cinta.
"Dia fokus mau dapat orang yang fokus perhatian sama dia, jadi tidak dua arah. Alhasil antara dia demanding atau overgiving banget," tuturnya.
Kesalahpahaman ini alhasil membuat suatu hubungan menjadi rentan. Ini menjawab pertanyaan menagapa anak-anak muda sering sekali mengalami kegagalan dalam hubungan.
"Banyak orang tidak menyadari alasan kenapa dia pacaran atau menikah. Orang cuma go with the flow aja. Paling umumnya bakal jawab jalanin aja dulu. Di balik kata-kata itu, sesungguhnya tersimpan makna 'saya masih exploring'," tuturnya.
Untuk mendapatkan hubungan yang bermakna, psikolog ramah ini menegaskan bahwa seseorang seharusnya sudah selesai dengan pergolakan internalnya. Langkah awal bisa dilakukan dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
"Untuk tahu kita secara jangka panjang bisa melakukan kooperasi hubungan dengan pasangan. Kita harus tahu kelebihan dan kekurangan apa dan bagaimana kekurangan dan kelebihan tersebut akan mewarnai hubungan nantinya."
"Cara membedakannya bisa kita kembalikan lagi dengan bertanya, kenapa pacaran sama "A"? Mau ke mana hubugan ini?" katanya.
Jadi, jangan terlalu terburu-buru untuk masuk ke hubungan percintaan, bila Anda juga belum tuntas dengan diri Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
