Polusi udara (Foto: ndtv)
Polusi udara (Foto: ndtv)

Polusi Udara Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

Rona anak-anak
Sri Yanti Nainggolan • 02 Juli 2016 12:16
medcom.id, Jakarta: Sebuah penelitian dari Swedia mengungkapkan bahwa tingginya tingkat polusi udara kemungkinan bertanggungjawab atas tingginya angka masalah kesehatan mental pada anak dan remaja.
 
Para peneliti menemukan bahwa pada area yang semakin tinggi polusi udara, semakin banyak pula penyaluran obat-obatan psikis untuk anak dan remaja, dibandingkan dengan daerah dengan tingkat polusi udara lebih rendah.
 
"Hasil tersebut bisa diartikan bila tejadi penurunan konsentasi pada polusi udara, maka gangguan psikriatik pada anak dan remaja pun bisa menurun, " ujar pemimpin penelitian Anna Oudin, peneliti kesehatan masyarakat di Umea University di Swedia, dalam sebuah pernyataan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dalam studi tersebut, para peneliti melihat daftar semua obat untuk gangguan kejiwaan, seperti antipsikotik dan obat penenang tertentu di bagian registrasi nasional di Swedia, yang dibagikan kepada anak-anak dan remaja di empat kabupaten Swedia (Stockholm, Västra Götaland, Skåne dan Västerbotten) antara tahun 2007-2010 sekaligus meneliti data pada tingkat polusi udara di empat kabupaten tersebut.
 
Mereka menemukan terdapat peningkatan obat-obatan sebanyak sembilan persen di setiap peningkatan nitrogen dioksida 10 mikrogram per meter kubik.
 
Belum jelas mengapa polusi udara memengaruhi mental seseorang. Namun, kemungkinan polusi udara menyebabkan perdangan dan tekanan oksidatif yang berkontribusi pada masalah kesehatan mental. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa otak rentan terhadap partikel ambien di udara yang tercemar.
 
Meski demikian, studi terbaru ini masih belum bisa mengungkapkan sebab akibat dari kedua hal tersebut.
 
"Seharusnya bisa dijelaskan oleh faktor lain seperti gangguan suasana hati yang disebut gangguan afektif musiman (SAD) di negara-negara Skandinavia seperti Swedia," saran Dr Len Horovitz, spesialis paru di Rumah Sakit Lenox Hill di New York City, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ELG)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif