Perilaku bullying yang sering terjadi pada anak-anak tentu tidak dapat hilang dalam waktu singkat. (Ilustrasi/Pexels)
Perilaku bullying yang sering terjadi pada anak-anak tentu tidak dapat hilang dalam waktu singkat. (Ilustrasi/Pexels)

Efek Negatif Bullying bagi Korban

Rona bullying
Raka Lestari • 17 Januari 2020 16:05
Jakarta: Perilaku bullying yang sering terjadi pada anak-anak tentu tidak dapat hilang dalam waktu singkat. Menurut data KPAI pada bulan Mei tahun 2018, ada sekitar 26.000 kasus bullying dari tahun 2011-2017 dengan 43.000 kasus bullying setiap tahun dan 358 kasus setiap bulannya.
 
Orang tua, sebaiknya tidak meremehkan dampak perilaku bullying ini baik bagi korban atau pelaku bullying itu sendiri.
 
Orang tua sebaiknya perlu mengamati apakah anak mereka menjadi korban bullying. Menurut Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psikolog di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya menjelaskan ada beberapa cara untuk mendeteksi anak terkena bullying.
 
"Munculnya perubahan perilaku ke arah negatif, mudah takut, menarik diri dari lingkungan sosial, penurunan minat atau enggan melakukan hobi atau aktivitas kesukaannya, menolak pergi ke sekolah, kesulitan tidur merupakan ciri-ciri anak yang terkena bullying," ujar Jane. 
 
Dampak bagi korban bullying sendiri untuk jangkan pendek diantaranya adalah syok, cedera fisik (jika terkena bullying fisik), takut dan merasa tidak aman, cemas saat harus berpapasan atau berinteraksi dengan pelaku bullying.
 
Sedangkan dampak jangka panjang bagi korban bullying menurut Jane diantaranya konsep diri menjadi negatif, penurunan nilai akademis, menurunnya motivasi belajar, kecemasan, menutup diri dari pergaulan, depresi. "Bahkan bisa sampai bunuh diri," terangnya.
 
Namun ada beberapa cara untuk mengatasi terjadinya bullying, diantaranya yaitu dengan memberikan edukasi mengenai konsep bullying pada anak. Selain itu, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sebaiknya tidak melibatkan kekerasan baik verbal maupun fisik, namun bukan berarti permissive.
 
Orang tua juga bisa mengekspresikan kasih sayang baik itu secara verbal, gesture, atau tindakan dan penerimaan kepada anak. Menjalin komunikasi terbuka dan meluangkan waktu rutin untuk melakukan sharing session dengan anak juga penting dilakukan oleh orang tua.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Diharapkan, orang tua juga bisa menjadi pendengar yang baik dengan tidak memotong atau menganggap cerita anak tidak penting. "Untuk pelaku, pastikan mereka mengetahui bahwa perilaku mereka yang tidak dapat diterima bukanlag pribadi mereka," tutup Jane.
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif