"Terkadang orang tua lupa mereka pernah menjadi anak, mereka membuat aturan dalam rumah tanpa begitu saja," ujarnya dalam acara Puncak Kampanye Frisian Flag Indonesia: 95 Pesan untuk Masa Depan, Jakarta.
Ia menyarankan agar orang tua membayangkan diri mereka ketika masih menjadi anak, dan bagaimana menanggapi aturan yang akan ia terapkan pada sang buah hati.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dessy juga berpendapat bahwa orang tua sebaiknya menyesuaikan diri dengan kesenangan anak saat berkumpul bersama. Ia memberi contoh, membiarkan anak menonton TV sesuai dengan yang disenangi mereka. Di sela kebersamaan, lakukan interaksi lebih lanjut untuk mempererat satu sama lain.
"Ajaklah mereka mengobrol tentang apa yang ditonton, bagaimana perasaan anak setelah menonton, mengapa mereka merasa demikian. Di momen ini, orang tua bisa mengajarkan nilai-nilai positif ke anak," terang Dessy.
Ketika anak beranjak dewasa, cobalah lakukan negosiasi di mana baik orang tua dan anak bisa merasakan kesenangan secara individu maupun secara kelompok.
"Lakukan kegiatan yang membuat semua anggota keluarga senang, kalau tidak lakukan kesenangan secara bergantian. Misalnya, minggu ini lakukan kegiatan yang menyenangkan orang tua, minggu berikutnya kegiatan yang disenangi anak."
Di sini, orang tua juga mengajarkan tentang berkorban, bagaimana individu mengikuti kemauan individu lain demi momen kebersamaan yang lebih mengakrabkan diri satu sama lain. "Kita jadi lebih menghargai mereka yang terpaksa tapi tetap mau," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(ELG)