Proses pengadukan memerlukan waktu paling tidak dua jam. Perlu sejumlah orang dengan stamina prima untuk bisa membuat makanan khas yang hanya dibuat saat Ramadan ini: bubur Muhdor. Bubur ini dibuat dari berbagai bahan dengan resep tradisional khas Timur Tengah.
Bubur Muhdor merupakan ciptaan Syeikh Habib Abdul Qodir bin Alwi Aseggaf, tokoh terkemuka dari jazirah Arab. Dinamai bubur Muhdor karena tidak ditemukan di tempat lain di Nusantara. Makanan ini hanya dibuat di kompleks Masjid Al-Muhdhor, Kelurahan Kutorejo, Tuban, Jawa Timur. Resepnya diperkenalkan ke Tanah Air oleh keturunan Syeikh Habib Abdul Qodir sekitar seabad silam.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Awalnya bubur ini dibuat saat Indonesia dalam belenggu penjajahan Belanda. Bubur dibuat untuk menyiasati krisis pangan berkepanjangan. Untuk menjaga sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang, bubur ini terus dibuat hingga kini. Tapi hanya dibuat pada bulan suci Ramadan.
Bubur dibuat selama sebulan penuh, disajikan sebagai takjil (sajian pembuka) bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa. Bubur diberikan secara cuma-cuma bagi kalangan fakir dan masyarakat miskin di sekitar komplek masjid yang berlokasi di Jalan Pemuda, kota setempat.
Bubur juga dibagikan pada para musyafir yang singgah di bumi Ranggalawe ini. Perlu keahlian khusus untuk membuat bubur Muhdor. Tak sembarang orang bisa membuatnya. Tak semua warga keturunan Arab yang tinggal di kota setempat bisa meracik makanan khas Timur Tengah ini.
Ada banyak racikan untuk membuat bubur Muhdor. Di antaranya 30 kilogram beras, 20 kg daging sapi kualitas super, dan sejumlah rempah-rempah pilihan khas Timur Tengah. Untuk membuat bubur takmir masjid menunjuk beberapa jamaah sebagai panitia. Bubur dibuat dari pagi hingga sore.
Mula-mula semua bahan baku, kecuali daging dan tulang sapi, dengan takaran air secukupnya dimasukkan ke panci besar. Bubur diaduk secara bergantian oleh sekitar lima pria dewasa. Setelah adonan dinilai setengah matang, barulah kemudian dicampur dengan rempah-rempah, daging sapi cincangan, dan tulang sapi yang telah dipersiapkan sejak awal.
Untuk memperoleh kematangan sempurna, bubur ini dibuat di atas tungku api dari dengan bara api terentu. Hal inilah yang membuat bubur Muhdor berbeda dengan kebanyakan bubur lainnya. Butuh waktu sekitar dua jam untuk membuat bubur ini matang secara sempurna.
Setelah selesai, bubur tidak langsung disajikan. Tapi menunggu agak dingin terlebi dahulu, setelah itu bubur siap dihidangkan. Warga sekitar sudah hafal betul kapan waktu tepat untuk mendapatkan bubur ini. Yakni sekitar pukul 17.00 WIB atau beberapa saat menjelang buka puasa.
Peminat bubur tidak hanya kaum Hawa, tapi juga anak-anak. Para pria juga rela berhimpitan antre untuk mendapatkan bubur lezat. Mereka tak hanya membawa piring atau mangkuk untuk mendapatkan bubur. Bahkan, panci dan emberpun dibawa untuk mengantre bubur Muhdor.
"Dulu awalnya untuk takjil bagi warga yang tidak mampu, tapi karena sekarang banyak orang yang suka, ya semua orang kami perbolehkan untuk menikmati bubur ini," kata Abdullah Ba'aqil, salah satu panitia di sela-sela proses pembuatan bubur di komplek Masjid Al-Muhdor, Minggu (29/6/2014).
Dana pembuatan bubur berasal dari para donatur. Para donatur tak hanya dari seputar Kota Tuban, tapi juga dari luar kota. Takmir Masjid Al -Muhdhor, Anis Ba'aqil mengatakan, pembuatan bubur ini merupakan upaya melestarikan tradisi yang dilakukan tiap Ramadan. Pembagian bubur sudah dilakukan sejak tahun 1930-an atau masih saat penjajahan Belanda.
Anis mengakui, ada bubur jenis serupa yang dibuat di Masjid Astana, di komplek makam Sunan Bonang, Kota Tuban. Resepnya mengadopsi dari bubur Muhdor yang kemudian dikembangkan dan diberi nama bubur Sunan Bonang. "Padahal, sebenarnya bubur itu baru pada kisaran 25 tahun. Sedangkan bubur Muhdor sudah ada sejak zaman Belanda," tandas Anis. (M Ahmad Yakub)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (DOR)
