Festival Thongtek yang diselenggarakan Remaja Masjid Agung Baitul Makmur Jepara diikuti 65 kelompok. Tak hanya kaum Adam, festival ini juga diikuti beberapa kelompok kaum Hawa.
Beragam tema ditampilkan para peserta. Ada kelompok Thongtek tampil dengan tema budaya Jawa. Ada pula yang mengangkat tema budaya masyarakat petani. Namun, tema yang diangkat peserta didominasi tema-tema islami.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Alat musik untuk menciptakan bunyi-bunyian pun beragam. Ada kaleng bekas, perabotan rumah tangga, jeriken, juga ember. Ada pula alat musik tradisional seperti gamelan. Sedangkan alat musik yang wajib ada pada setiap kelompok peserta adalah kentungan bambu.
Seperti diketahui, istilah thongtek merupakan tiruan dari bunyi kentungan bambu. Yaitu thong thong tek tek. Thongtek merupakan kegiatan pada malam hari di bulan Ramadan yang bertujuan membangunkan warga untuk makan sahur.
Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menyampaikan, Festival Thongtek diselenggarakan guna menjaga kerukunan sesama umat dan antarumat beragama. Diharapkan melalui festival ini dapat mempererat hubungan sesama manusia di tengah-tengah masyarakat. Terlebih pada bulan suci Ramadan seperti saat ini.
“Di Jepara budaya thongtek masih ada tapi sudah tidak seperti dulu. Maka budaya ini harus ditumbuhkan dan digiatkan kembali. Selain bertujuan membangunkan orang yang akan berpuasa untuk melaksanakan makan sahur, juga bisa dijadikan sarana menjaga lingkungan,” ujar Marzuqi.
Ketua pantian Festival Thongtek Toto Suryanto mengatakan, antusiasme warga mengikuti festival ini setiap tahunnya selalu meningkat. Jika tahun lalu hanya 65 perseta, tahun ini lebih. Namun, panitia hanya membatasi peserta yang dilombakan hanya 65 kelompok. Peserta sisanya hanya partisipan.
“Kami membatasi peserta festival karena keterbatasan waktu. Peserta lainnya partisipan artinya tidak masuk dalam penilaian dewan juri,” kata Toto.
Ayu Rizki, warga yang menyaksikan Festival Thongtek mengaku penampilan peserta kali ini lebih bagus dari tahun lalu. Musik hasil tetabuhan yang dicipatakan lebih bervariasi dan bisa dinikmati.
“Tahun ini irama musiknya lebih banyak variasi ketimbang tahun lalu. Jadi bisa dinikmati kaya lihat konser musik perkusi,” kata Ayu di tepi jalan yang dilalui peserta festival.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SAN)