Setelah menyaksikan langsung proses pembangunan kembali mushallah sebagai unit contoh penggunaan RISHA, warga dapat menerimanya dengan baik. Biaya yang murah, proses yang mudah dan cepat jadi faktor penariknya.
“Saya bersama warga lainnya setuju dengan RISHA. Insha Allah kami membangun dengan RISHA ketika dana bantuan dari pemerintah kami terima,” kata Mariani, salah seorang korban gempat di Pengempal Indah, Karang Anyar, Sandubaya, Mataram, Rabu (5/9/2018).
baca juga: Dana rekontruksi Lombok ditranfer ke rekening korban gempa
Walau pembangunan kembali menggunakan modul RISHA, tidak berarti kelak rumah warga akan seragam. Warga bebaskan memilih model bangunan dan konstruksinya asalkan mengadopsi teknologi tahan gempa.
"Boleh pakai tembok, bisa juga bambu, kayu, bisa juga rumah panggung. Tetapi harus diawasi dan didampingi insinyur-insinyur dari Kementerian PUPR," kata Presiden Joko Widodo di Pemenang, Lombok Utara, Senin (3/9/2018).
Tenaga pengawas dan pendamping itu adalah 400-an insinyur CPNS Kementerian PUPR yang secara bertahap ditugaskan ke Lombok. Mereka akan dibantu oleh mahasiswa dan relawan dalam mendampingi masyarakat membangun kembali tempat tinggal dengan modul RISHA.

Pembangunan unit contoh RISHA menggunakan dinding batako di Mataram. dok. Kementerian PUPR
Rehabilitasi dan rekonstruksi rumah secara gotong royong oleh masyarakat ini ditargetkan bisa rampung dalam waktu enam bulan. Termasuk untuk pasar, fasilitas kesehatan dan pendidikan sehingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat cepat pulih.
Untuk mendukung ini, maka pasokan bahan bangunan ke Lombok harus lebih lancar. Akses bagi warga mendapatkannya dengan harga wajar juga harus dibuka.
"Kami telah meminta Kadin NTB untuk membuka depo bahan bangunan di desa-desa memberi kemudahan dan akses kepada masyarakat yang membutuhkan material konstruksi seperti semen, besi dan pasir," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News