Pengamat properti Aleviery Akbar menjelaskan, konsep co-living serupa dengan indekos atau tinggal di asrama. Dengan berbagi ruang akan jauh lebih menghemat baik dari ruang dan biaya maintenance.
"Jadi, kalau bicara efisiensi biaya jelas sangat menghemat sekali karena fasilitas dapur/ruang tamu/bisa juga kamar mandi di-share bersama," ujar Aleviery saat dihubungi di Jakarta.
Namun, umumnya konsep hunian seperti ini yang dibangun dekat kawasan transportasi massal dan dipakai kebanyakan pekerja milenial, bukan sebagai rumah tetap ataupun investasi.
"Di negara lain, co-living biasanya disebut hostile. Rumah tinggal tetap menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang. Kalau co-living sifatnya temporary," katanya.
Lebih Hemat
Praktisi di bidang properti Direktur South City Peony Tang mengatakan, konsep ekonomi berbagi telah mengubah dan membongkar tatanan dunia, dari layanan transportasi, ruang kerja, hingga hiburan daring telah mengubah gaya hidup masyarakat modern pada era ini.
"Konsep co-living atau berbagi ruang hidup semakin populer di kalangan milenial. Ada dua hal yang membuat konsep ini menjadi popular, yaitu keterjangkauan dan komunitas," ujar Direksi proyek South City yang berlokasi di selatan Jakarta itu.
Milenial dengan dana yang terbatas dan ingin menabung akan sangat tertolong dengan konsep co-living. Konsep itu menawarkan solusi yang murah dan lebih terjangkau bagi milenial yang ingin memiliki hunian sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
