Rumoh Aceh. Foto: Kemdikbud.go.id
Rumoh Aceh. Foto: Kemdikbud.go.id

Dibangun Tanpa Paku, Rumah Adat Aceh Mampu Bertahan Ratusan Tahun

Medcom • 31 Agustus 2022 13:59
Jakarta: Sebagai negara yang memiliki kebudayaan yang tersebar dari sabang hingga merauke, Indonesia dilimpahi keberagaman. Salah satunya bangunan rumah adat. 
 
Keragaman budaya dan nilai filosofi pada rumah adat, mencerminkan nenek moyang Indonesia merupakan arsitek yang handal.
 
Terlebih lagi, rumah adat biasanya dibangun untuk bertahan lama dalam kondisi alam yang ada di daerahnya. Aspek inilah yang menjadikan rumah adat memiliki keunikannya sendiri. 
 
Seperti Rumoh Aceh, tempat tinggal masyarakat Aceh tempo dulu yang keberadaannya hampir hilang, bahkan hanya tersisa beberapa saja di daerah Aceh.

Sehingga rumah adat ini diabadikan di komplek Kantor Museum Aceh, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) serta Rumah Cut Nyak Dhien yang berada di Desa Lampisang, 10 km dari pusat Kota Banda Aceh.
 
Dilansir dari Kemendikbudristek, umumnya Rumoh Aceh memiliki bentuk panggung dengan tinggi tiang antara 2,50 – 3 meter, yang terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat. 
Baca juga: Arsitektur Tradisional Merupakan Jati Diri Bangsa Indonesia
Konstruksi Rumoh tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumoh dengan lima ruang memiliki 24 tiang. Kedua konstruksinya dapat dimodifikasi dengan mudah, tinggal menambah atau menghilangkan bagian yang ada di sisi kiri atau kanan rumah.
 
Bagian ini biasa disebut seramoe likot atau serambi belakang dan seramoe reunyeun atau serambi bertangga, yaitu tempat masuk ke Rumah yang selalu berada di sebelah timur. 
 
Uniknya pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk. 
 
Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan. 
 
Untuk memperkuat konstruksi Rumoh aceh, masyarakat tidak menggunakan paku, melainkan menggunakan bahan pengikat dari tali ijok, rotan (awe) untuk pengikat atap yang pada umumnya dari rumbia dan ada juga yang menggunakan daun kelapa dan untuk meredam dingin dan bunyi bising dari luar. 
 
Meskipun material Rumah Aceh tidak menggunakan paku dan terbuat dari kayu namun rumah adat ini bisa bertahan hingga ratusan tahun.
 
Rumoh Aceh juga bukan sekadar tempat hunian, tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap alam. Oleh karena itu, melalui Rumoh Aceh kita dapat melihat budaya, pola hidup, dan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat Aceh.
 
Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk memanjang dari timur ke barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat.
 
Arah Barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka’bah yang berada di Mekkah. (Ainun Kusumaningrum)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan