Keanekaragaman budaya tersebut melebur menjadi satu sehingga menciptakan gaya arsitektur yang berbeda. Arsitektur di Indonesia mengalami masa yang panjang melewati fase vernakular hingga kolonial.
Perjalanan arsitektur di Indonesia masih berlangsung hingga sekarang. Setelah masa kemerdekaan, aspek modern dengan arsitektur orientasi barat banyak diterapkan pada bangunan di Indonesia.
Baca juga: Konstruksi Rumah Adat Suku Sasak yang Tahan Gempa |
Arsitek Yori Antar mengatakan bahwa arsitektur tradisional merupakan jati diri bagi Indonesia. Sehingga perlu dicatat bahwa arsitektur Indonesia perlu dipertahankan ciri khasnya.
"Selama ini pembangunan selalu top down, sehingga masyarakat merasa tidak diajak dan akhirnya bangunannya tidak terpakai. Hingga akhirnya bangunannya menghapus budaya, padahal arsitektur tradisional adalah jati diri dan harga diri," ungkapnya saat dihubungi Medcom.id.
Selain aspek mempertahankan budaya, bangunan dengan orientasi barat yang dibangun sesuai iklim empat musim tentu akan berbeda dengan bangunan yang dibutuhkan di Indonesia.
Baca juga: 8 Rumah Warisan Nenek Moyang yang Tahan Gempa |
"Orientasi barat sesuai dengan masyarakat dengan orientasi kegiatan indoor, Indonesia dengan iklim dua musim dan masyarakat orientasi kegiatannya outdoor bukan indoor jadi rumah tinggal dirancang untuk tidur dan beristirahat," jelas Yori.
Arsitektur tradisional banyak ditemukan di daerah terpencil di Indonesia, banyak masyarakat yang mempertahankan rumah adat. Seperti rumah-rumah di Nias, yang memiliki sekitar 80 arsitektur.
"Bahkan seorang profesor Jepang dengan timnya melakukan uji coba struktur tahan gempa. Mereka menemukan bahwa rumah di Nias dapat bertahan dari gempa berskala 1-13," jelasnya.
Hal ini dikarenakan struktur bangunan di Nias sudah disesuaikan dengan keadaan pulau yang sering mengalami goyangan horizontal ataupun vertikal.
Dalam mempertahankan arsitektur lokal sebagai jati diri bangsa, pemerintah sudah menerima dan menggaungkan agar arsitektur di Indonesia memiliki nilai lokal.
"Bangunan lokal harus memiliki nilai tambah, bukan hanya menjadi jembatan, waduk dan bendungan tetapi harus ada nilai-nilai lokal dan pariwisata," ujar Yori. (Ainun Kusumaningrum)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id