Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sektor konstruksi menyumbang 9,48 persen PDB nasional dan menyerap lebih dari 8,7 juta tenaga kerja per kuartal II 2025. Anggaran infrastruktur pemerintah tahun ini juga mencapai USD26,6 miliar, yang banyak dialokasikan untuk proyek strategis seperti IKN Nusantara dan perumahan rakyat.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno mengajak investor dan mitra internasional untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat riset, manufaktur, hingga pengembangan teknologi mitigasi kebencanaan.
Baca juga: Biaya Konstruksi Termahal di Asia Tenggara, Indonesia Nomor Berapa Ya? |
“Kami mengundang industri dan peneliti untuk bergabung, berinvestasi, dan menempatkan manufakturnya di Indonesia. Karena Indonesia punya data bencana paling lengkap di dunia,” ujar dia.
Bagi pengembang properti, tren ini tentunya membuka peluang baru. Inovasi seperti konstruksi modular hemat biaya, beton ramah lingkungan, hingga smart building hemat energi yang dipamerkan di IEE Series diyakini akan menjadi standar baru dalam pembangunan kawasan hunian dan komersial.
Selain itu, ajang ini juga memperlihatkan bagaimana isu ketahanan bencana mulai mempengaruhi arah pembangunan properti. Mulai dari penyediaan air bersih lewat Plumbing National Competition yang menekankan pentingnya saluran air bersih guna menciptakan hunian yang sehat.
Selain itu, ada juga wacana penggunaan AI untuk prediksi bencana, semua diarahkan agar hunian masa depan menjadi lebih aman dan berkelanjutan.
Tahun ini, lebih dari 2.000 perusahaan nasional dan internasional ikut serta, membawa teknologi terbaru yang berpotensi memperkuat ekosistem properti dan infrastruktur Indonesia.
Kehadiran pelaku industri dari 40 negara juga menunjukkan bahwa Indonesia kian dipandang sebagai pasar utama sekaligus mitra strategis dalam transformasi industri berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara. (Sultan Rafly Dharmawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News