Laporan Global Construction Market Intelligence (GCMI) 2025 dari Turner & Townsend menganalisis biaya konstruksi di 99 negara. Asia Tenggara menonjol karena adaptif dan kompetitif di tengah perubahan global, terutama dalam pengembangan pusat data dan industri manufaktur canggih.
Managing Director Turner & Townsend Asia Brian Shuptrine melihat tren yang sangat dinamis di Asia Tenggara. Pasar bukan hanya bertahan menghadapi tekanan ekonomi global, tapi juga aktif memanfaatkan peluang pertumbuhan dengan menyesuaikan biaya dan permintaan.
“Komitmen Asia Tenggara terhadap transformasi digital dan keberlanjutan, ditambah dengan keuntungan strategis dari tren nearshoring, benar-benar mengubah lanskap konstruksi. Hal ini membuka peluang signifikan bagi klien yang ingin berinvestasi, khususnya di pengembangan pusat data dan sektor manufaktur canggih," kata dia dikutip Kamis, 10 Juli 2025.
Biaya konstruksi di beberapa negara Asia Tenggara

Ilustrasi pembangunan. Foto: MI
Berikut ini beberapa kota di Asia Tenggara dengan biaya konstruksi termahal. Indonesia berada di urutan berapa ya?
1. Jepang
Tokyo USD4.646 per meter persegi. Tokyo bahkan tercatat sebagai kota ke delapan dengan biaya tertinggi di dunia. Kota lainnya di Jepang yang memiliki biaya tertinggi seperti Sapporo (USD4.577 per meter persegi), Osaka (USD4.479 per meter persegi), Hiroshima (USD4.436 per meter persegi), dan Fukuoka (USD4.428).2. Tiongkok
Biaya konstruksi di Hong Kong mencapai USD4.377 per meter persegi. Hong Kong tercatat menjadi kota ke 16 di dunia dengan biaya konstruksi termahal.Macau memiliki biaya konstruksi USD4.149 per meter persegi. Makau tercatat menjadi kota dengan biaya konstruksi termahal di dunia, berada di urutan 17.
Biaya konstruksi di Shanghai (USD973 per meter persegi), Shenzhen (USD941 per USD), Guangzhou (USD941 per meter persegi), Beijing (USD901 per meter persegi).
3. Singapura
Pasar konstruksi termahal di Asia Tenggara. Biaya rata-rata mencapai USD3.104 per meter persegi dengan kenaikan inflasi biaya hingga 5 persen di 2026. Keterbatasan tenaga kerja terampil dan regulasi ketat mendorong penggunaan kontrak kolaboratif.4. Korea Selatan
Biaya konstruksi di Korea Selatan, terutama di Seoul mencapai USD3.104 per meter persegi. Biaya konstruksi di Seoul tercatat berada di peringkat 63 di dunia.5. Kuala Lumpur (Malaysia)
Meskipun biaya masih di bawah Singapura, yakni USD1.354 per meter persegi, perluasan cakupan Sales and Service Tax (SST) menciptakan tekanan biaya baru di seluruh industri. Kebijakan ini meningkatkan biaya proyek secara keseluruhan sekaligus mempersempit margin keuntungan kontraktor dan pengembang.6. Vietnam
Beberapa kota di Vietnam seperti Ho Chi Minh mencatat biaya konstruksi hingga USD1.168 per meter persegi. Biaya konstruksi di kota ini masuk di peringkat 83 dunia. Selanjutnya ada Hanoi dengan biaya USD1.146 per meter persegi berada di peringkat 84 dunia.7. Filipina
Di Filipina ada Manila yang tercatat memiliki biaya konstruksi USD1.137 per meter persegi. Manila berada di peringkat 86 dunia untuk biaya konstruksi.8. Indonesia
Biaya konstruksi di Jakarta tergolong kompetitif dengan rata-rata USD943 per meter persegi. Proyek pusat data berkembang pesat karena dorongan dari ekonomi digital, meski masih menghadapi tantangan bahan impor dan fluktuasi biaya.Baca juga: Budaya Renovasi Rumah di Indonesia |
9. India
Kota-kota di India seperti Mumbai memiliki biaya USD722 per meter persegi. Mumbai berada di peringkat 96 dunia. Kemudian ada Bangaluru USD662 di peringkat 97, New Delhi USD657 per meter persegi di peringkat 98, dan Hyderabad USD653 per meter persegi di peringkat 99.Kekurangan tenaga kerja terampil
Laporan mencatat bahwa 90 persen pasar konstruksi di Asia kekurangan tenaga kerja terampil, terutama di bidang MEP (mekanikal, elektrikal, dan perpipaan). Investasi dalam pelatihan tenaga kerja lokal menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.Meskipun pasokan tenaga kerja umum relatif stabil di Vietnam dan Indonesia, permintaan terhadap tenaga kerja terampil dan profesional “green collar” tumbuh jauh lebih cepat dibanding ketersediaan yang ada.
Managing Director Southeast Asia sekaligus Head of Real Estate Asia Turner & Townsend Sumit Mukherjee mengatakan biaya tetap menjadi pertimbangan utama di Asia Tenggara, namun fokusnya kini semakin bergeser ke nilai tambah, efisiensi, dan ketahanan rantai pasok.
"Melimpahnya pasokan material, terutama dari Tiongkok, membuka peluang penyelesaian proyek yang lebih cepat dan hemat biaya di sejumlah pasar," jelas dia.
Tetapi kekurangan tenaga kerja spesialis, khususnya di bidang MEP, menekankan pentingnya investasi strategis pada pengembangan tenaga kerja lokal dan metode konstruksi inovatif untuk mengurangi potensi hambatan dan memastikan keberhasilan proyek.
Pusat data jadi proyek paling diminati
Permintaan infrastruktur digital dari perusahaan teknologi besar mendorong pusat data menjadi sektor konstruksi paling dinamis di Asia Tenggara, melampaui sektor industri dan distribusi.Selain itu, sektor perhotelan, hiburan, dan olahraga juga mulai tumbuh kembali seiring pemulihan pariwisata.
Biaya konstruksi terus meningkat di berbagai negara, namun Asia Tenggara tetap menjadi kawasan yang menarik untuk investasi.
Negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Vietnam menunjukkan potensi besar berkat biaya kompetitif, permintaan tinggi, dan ketersediaan material dari Tiongkok.
Ke depan, fokus utama akan bergeser dari sekadar efisiensi biaya menuju nilai tambah, keberlanjutan, dan penguatan rantai pasok lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News