Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur. Dahulu kala, bangunan-bangunan tersebut dibangun arsitek untuk bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan.
Baca juga: Mengenal Arsitektur Bergaya Kolonial di Indonesia |
Bangunan-bangunan ini banyak ditemukan di wilayah Jawa dan Sumatra. Saat itu, kedua wilayah ini dianggap penting karena memiliki perekonomian yang baik pada masa penjajahan Belanda.
Dibawah ini merupakan bangunan-bangunan yang dibangun sebelum proklamasi dan menjadi saksi sejarah Kemerdekaan Indonesia.
1. Gedung Joang 45, Jakarta

Foto: Cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Gedung yang dibangun pada tahun 1920 ini awalnya sebuah hotel yang dikelola oleh keluarga asal belanda“L.C. Schomper”, Hotel ini diberi nama Hotel Schomper sesuai dengan nama pemiliknya.
Namun saat kedatangan Jepang pada tahun 1942 ke Batavia, hotel ini diambil alih oleh para pemuda Indonesia dan beralih fungsi sebagai kantor yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang) yang dikepalai oleh seorang Jepang, “Simizu”.
Baca juga: Perjalanan Arsitektur di Indonesia Sebelum Masa Kemerdekaan |
Di kantor inilah kemudian pendidikan politik dimulai pada tahun 1942 untuk mendidik pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Jepang.
2. Gedung Perundingan Linggarjati, Kuningan Jawa Barat

Foto: Cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Dilansir dari Kemendikbud, gedung ini awalnya merupakan sebuah gubuk milik milik Ibu Jasitem yang berdiri pada tahun 1918. Kemudian berkembang dan berganti kepemilikan sampai digunakan sebagai gedung perundingan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia dan menjadi hotel Rustoord yang menjadi tempat terjadinya perundingan antara Indonesia dengan Belanda.
Perundingan tersebut berlangsung dari tanggal 10 sampai dengan 13 November 1946. Yang kemudian membuat gedung ini dikenal sebagai Gedung Perundingan Linggarjati
3. Lawang Sewu, Semarang
.jpg)
Lawang Sewu di Semarang. Foto: KAI
Bangunan ini diibangun pada zaman kolonial Belanda tahun1900-an. Bangunan tersebut merupakan saksi bisu pertempuran lima hari yang berlangsung pada 1945 antara Angkatan Pemuda Kereta Api (AMKA) dengan tentara Jepang.
Setelah dipugar dan direnovasi, kini Lawang Sewu difungsikan sebagai museum yang menyajikan ragam koleksi berhubungan dengan kereta api.
4. Rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu

Foto: Cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Dilansir dari Kemendikbud, sebelum menjadi kediaman selama pengasingan Bung Karno, Rumah ini merupakan milik pengusaha Tan En Cian. Rumah ini dibangun pada awal abad XX dengan luas bangunan 162 m2, yang Kemudian pada tahun 1938 dan 1942 Bung Karno diasingkan di rumah ini.
Selama pengasingannya, Rumah ini dipergunakan untuk segala aktivitas baik politik, kesenian, dan kegiatan keorganisasian. (Ainun Kusumaningrum)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id