"Metode kampanye daring adalah serangan udara kalau di militer, kampanye udara," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar Lodewijk Paulus di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Jumat, 30 Oktober 2020.
Letnan Jenderal (Purn) itu menyayangkan metode kampanye daring kurang dilirik. Hal itu terlihat dari tingkat penggunaan yang masih rendah selama 30 hari masa kampanye pilkada serentak.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca: Jaga Ketaatan Prokes dan Mutu Pilkada 2020
Berdasarkan data Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), total kampanye daring hanya 247 kegiatan selama 26 September-25 Oktober 2020. Metode ini kalah jauh jika dibandingkan kampanye pertemuan tatap muka terbatas yang mencapai 39.303 kegiatan.
"Di sini kita bisa melihat bahwa kampanye dengan cara-cara digital yang kita harapkan ternyata belum bisa diterima secara utuh di lapangan," ungkap dia.
Dia memaklumi alasan seluruh paslon Pilkada 2020 belum tertarik menggunakan metode kampanye daring. Salah satunya, kampanye daring tidak memberi kepastian meyakinkan pemilih.
"Namanya daring itu kan tidak punya keputusan orang ini ikut kita atau tidak, itu mungkin ada keraguan (bagi paslon)," sebut dia.
Meskipun begitu, Komandan Jenderal (Danjen) ke-24Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu menyebutkan Golkar akan terus mendorong paslon menggunakan kampanye daring. Setidaknya, pihaknya meyakinkan paslon bila metode ini efektif meyakinkan pemilih.
"Bahwa ini adalah suatu metode komunikasi yang bagus dan itu akan didapatkan suatu kepastian dari konstituen itu memilih dia," ujar dia.
(OGI)