Jakarta:
Survei Indikator Politik Indonesia menilai tingkat kesadaran masyarakat Jawa Tengah (Jateng) dalam pelaksanaan Pilkada 2024 masih kurang. Hal ini disebut bisa jadi pintu masuk transaksional.
"Hasilnya, 52,4 persen warga Jateng tidak mengetahui pelaksanaan pilkada November mendatang. Sehingga belum memiliki jagoan yang diandalkan," sebut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam rilis Indikator Politik Indonesia 'Siapa Kuat di Jawa Tengah? Dinamika Elektoral Jelang Pilkada', Minggu, 7 Juli 2024.
Selanjutnya, sebanyak 16,2 persen pemilih memanfaatkan beberapa bulan atau lebih sebelum masa kampanye resmi. Kemudian, 30,1 persen pemilih memanfaatkan waktu kampanye resmi; 38,8 persen pemilih memanfaatkan beberapa hari sebelum pemilihan; dan 13,8 persen pemillih memanfaatkan saat berada di kotak suara.
Dari hasi survei, Burhanuddin menyebut pemilih loyalis cenderung semakin sendikit. Sedangkan, kata dia, dari survei itu menunjukkan rentan dengan politik uang, karena masyarakat banyak yang belum menentukan pilihan.
"Dua hal yang terakhir ini bisa kita sebut sebagai pemilih transaksional. Ada korelasinya antara mereka yang menetapkan di ujung (waktu) dengan tingkat toleransi terhadap politik uang," jelas dia.
Survei digelar pada 10 sampai 17 Juni 2024, melibatkan 800 responden berusia di atas 17 tahun. Survei dilakukan dengan metode
multistage random sampling,
margin of error diperkirakan sekitar 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
(Insan Suardi)Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((LDS))