Jakarta: Nurdin Halid. Dia bukan politikus kemarin sore. Karier politiknya terentang panjang, dan kini pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), itu mencoba peruntungan baru hendak menjadi orang nomor satu di Sulsel.
Mendapat dukungan politik dari Partai Golkar, NasDem, Hanura, PKB, dan PKPI, Nurdin menggandeng Aziz Qohar sebagai wakilnya. Keduanya dikenal dengan sebutan NH-Aziz.
Nurdin menginsafi jalannya untuk memimpin Sulsel penuh onak. Tapi, bermodal kejujuran, dia yakin semuanya akan menjadi lapang. “Jangan seolah-olah bersih, tapi berselimut kemunafikan.”
Berpantang dengan kepura-puraan, politikus Golkar kelahiran 17 November 1958, itu yakin menang di Sulsel. Apa cuma kejujuran modal Nurdin? Simak penuturan lengkap Nurdin Halid kepada
Medcom.id.
Sebagian jawaban Nurdin Halid kami petik di sini:
Ketika sudah dinyatakan sebagai kandidat cagub Sulsel di KPU, Anda terang-terangan mengaku pernah dipenjara. Tapi, bukan koruptor. Apa maksudnya?
Seorang pemimpin harus jujur. Jangan seolah-olah bersih, tapi berselimut kemunafikan. Saya apa adanya. Tugas saya lakoni, cita-cita saya tuju dengan landasan keikhlasan dan ketulusan.
Saya sampaikan itu apa adanya kepada rakyat. Karena nanti, di era pemilihan, yang menentukan adalah rakyat, maka yang berdaulat adalah rakyat. Saya sampaikan latar belakang saya, sehingga rakyat tidak memilih kucing dalam karung.
Saya mengakui pernah ditimpa musibah. Saya pernah dipidana, itu fakta. Tapi, apakah saya dipidana karena hal yang sengaja saya lakukan, dipolitisasi atau kriminalisasi, itu yang saya jelaskan kepada rakyat.
Saya pernah dipidana karena diduga menikmati hasil korupsi. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, memutuskan saya bebas murni. Tapi, lain lagi di Mahkamah Agung. Ada keanehan pada putusan MA. Hasil putusan, saya tidak terbukti menikmati hasil pidana korupsi, tapi tetap dihukum.
Lantas bagaimana strategi untuk meyakinkan masyarakat?
Saya berkeyakinan kuat masyarakat bisa membaca ephoria, ada yang disalahkan karena memang salah. Tapi, ada juga orang yang ditarget karena aktivitasnya. Misalnya, saya. Tidak mungkin saya masih di Dewan Koperasi Indonesia atau dipercaya sebagai Ketua Harian Partai Golkar kalau terlibat korupsi. Tapi, mereka yakin karena saya bukan koruptor.
Jadi Anda siap menang dalam kondisi apa pun?
Betul, ada orang yang berselimut kejujuran tapi bertopeng kemunafikan. Saya tidak begitu orangnya. Inilah saya. Inilah Nurdin Halid yang punya program meningkatkan pendapatan masyarakat, membangun infrastruktur dalam rangka menciptakan kemaslahatan masyarakat. Silakan rakyat menentukan.
Hasil survei, saya di atas dari semua kandidat, tapi ini tidak diekspos. Nah, yang terpenting sekarang adalah kita bekerja dengan sebuah keikhlasan. Kalau rakyat berkenan, alhamdulillah. Kalau tidak berkenan saya kembali ke Jakarta, mengabdi untuk Golkar, sepak bola, koperasi, dan sebagainya.
Anda punya apa untuk Sulsel?
Menjadi calon gubernur bukan untuk masa depan pribadi saya, tapi untuk masa depan masyarakat Sulsel. Sulsel masih diselimuti kemiskinan, tingkat pengangguran tinggi, dan yang paling menyesakkan adalah kesenjangan. Jurang antara miskin dan kaya sangat lebar. Bahkan terburuk nomor 4 di Indonesia.
Fakta itu terjadi karena minimnya infrastruktur, tata kelola pemerintahan belum baik, dan tata ruang belum selesai. Pertumbuhan Susel cukup tinggi, 7,1 persen. Tapi, pertumbuhan ini tak merata. Justru menghadirkan kesenjangan.
Semua persoalan itu menjadi tantangan buat saya. Saya terpanggil, bahwa Sulsel perlu pemimpin tegas, merakyat, religius, serta punya pengalaman di tingkat nasional dan internasional. tidak bisa hanya dengan pengalaman lokal untuk memimpin Sulsel yang beranekaragam suku bangsa dan agama.
Konkretnya, Anda akan melakukan apa?
Maka itu saya merancang Tri Karya. Pertama adalah pembangunan berbasis infrastruktur. Kedua, pembangunan berbasis pada ekonomi rakyat. Ketiga pembangunan sumber daya Indonesia yang berdasarkan kearifan lokal.
Sulsel itu ekonomi rakyat. Artinya, sumber-sumber produksi dimiliki oleh banyak orang, tapi pemerintah tidak merancang sebuah proses pembangunan yang fokus kepada sumber alam. Sebab itu kemiskinan masih tinggi. Kesenjangan melebar. Nah, dengan infrastruktur yang baik akan menghadirkan kebahagiaan dan kenyamanan bagi rakyat.
Kalau Anda diberikan mandat, berapa lama waktu dibutuhkan untuk mewujudkan itu?
Tiga tahun pertama adalah peletakan pondasi pembangunan infrastruktur dan pembangunan ekonomi rakyat. Saya akan menjadikan badan usaha milik desa dan koperasi sebagai ujung tombak pergerakan ekonomi di kampung-kampung dengan tidak merupakan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur setempat.
Tahun keempat sudah ada hasilnya. Misalnya, sudah ada jalan penghubung yang baik dari sebuah daerah di Luwu Utara, Masamba ke Seko. Sekarang untuk rute itu harus ditempuh dua hari dua malam. Insya Allah di tahun pertama saya jika menjadi gubernur jalan ini sudah selesai.
Anda ingin menyulap bencana banjir menjadi uang dengan mendirikan sejuta kolam penampung. Detailnya seperti apa?
Di Sulawesi Selatan, ketika musim hujan, daerah aliran sungai atau danau sering banjir hingga berbulan-bulan. Tapi, ketika musim kering mereka juga kekeringan. Jadi diperlukan jalan keluar ketika musim hujan dan musim kering.
Kemudian saya berpikir kenapa tidak saya sulap ketika banjir kita siapkan satu juta kolam. Air ditampung di situ itu dan bisa memelihara ikan. Contohnya, ikan nila. Satu kolam bisa menampung 500 ekor. Harga 4 ekor atau 1 kilogram ikan nila Rp35.000. Jadi kalau satu kolam menghasilkan Rp37 juta. Kalau satu juta kolam menghasilkan Rp3,7 triliun. Ini inovasi yang jadi salah satu kelebihan kami. Mewujudukan
impossible menjadi
posible.
Seperti di Bulukumba, ketika saya mau buat tambak udang di pinggir tebing orang heran. Ini memang sulit, karena saya butuh airnya, bukan lokasinya. Nah kebetulan air yang bagus itu di lokasi di pinggir tebing. Dan, alhamdulillah sekarang 10 tambak sudah berjalan.
Ide ini datang dari mana?
Dari saya sendiri. Saya mengamati. Ini yang membuat saya berbeda dengan calon lain. Kalau calon lain mungkin merancang dengan pakar tanpa melakukan observasi. Kalau saya observasi dulu maka itu terciptalah Trikarya.
Siapa yang paling berpengaruh dalam hidup Anda?
Ibu saya. Beliau luar biasa disipilinnya. Kita tidak boleh makan sebelum menimba air. Bangun jam 3 subuh dan harus ke sumur. Itu sangat membentuk dan mengalir di jiwa saya untuk selalu disiplin.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ALB))