Jakarta: Tokoh masyarakat di Pinang Ranti,Jakarta Timur, Tarigan, mengaku kesal. Wilayahnya tercoreng karena ulah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 028 yang ada di wilayahnya.
Ketua KPPS di TPS 028 tersebut ketahuan mencoblosi 18 surat suara milik Pramono-Rano saat pemungutan suara berlangsung, 27 November lalu.
Tarigan emosi melihat kelakuan petugas KPPS yang mencoblos surat suara di TPS 028 Pinang Ranti. Hal itu merugikan nama baik masyarakat yang dikenal baik selama ini.
"Petugas-petugas itu yang 'main' merugikan masyarakat. Di sini petugas jaga sudah sangat ketat. Polisi, TNI, semua siaga, enggak main-main. Ini mungkin lingkungan 'vegas', tapi untuk urusan Pemilu dari Pilpres kemarin pun enggak ada begitu (kecurangan)," kata Tarigan.
TPS 028 Pinang Ranti terletak di Sanggar Oplet Robet. Bangunan bercat hijau itu berada di sekitar tempat penampungan sampah warga.
Lingkungan di lokasi TPS 028 berada tidak terlihat kumuh. Masyarakat setempat menjaga dengan serius kondisi kampungnya, termasuk urusan Kamtibmas.
Gedung tempat TPS 028 Pinang Ranti biasa digunakan untuk acara warga, mulai dari hajatan, pernikahan, atau sekadar kumpul bermasyarakat.
Tarigan mengaku tidak mengetahui kalau peristiwa yang viral di media sosial itu terjadi di lingkungannya. Warga sekitar malah mengira terjadi di TPS lainnya.
"Intinya warga di sini semua baik, semua jujur. Saya tahu betul warga di sini semuanya. Mereka itu bukan orang yang bisa diajak melakukan coblos-coblos seperti itu. Enggak mungkin itu terjadi," kata Tarigan.
Menurut Tarigan, pelaku bukan berasal dari lingkungan tempat tinggalnya. Dia kesal karena ulah pelaku, mencoreng nama baik tempat tinggalnya.
"Orang di sini baik-baik. Itu penyelenggara pemungutan suara kan dari luar. Di sini paling ketat, handphone saja saat pencoblosan tidak boleh masuk. Tidak boleh bawa tas," ujarnya.
Tarigan mengakui sempat terjadi 'serangan fajar' di lingkungannya. Sayang, dia tak mau blak-blakan, kubu Calon gubernur mana yang melakukan serangan fajar. Warga RT17 RW02 itu merasa upaya tersebut biasa terjadi, khususnya dalam momen pemilu.
"Ada yang kasih sembako, tapi ujungnya diminta bayar Rp5 ribu per sembako. Ada yang datang langsung malam-malam, tapi enggak nyuruh milih. Cuma ngasih kaos-kaos saja," kata Tarigan.
Tarigan memastikan tidak ada anggota TNI-Polri yang terlibat atau upaya intervensi hak suara untuk salah satu paslon. Seluruh anggota bekerja dengan tertib dan profesional, yang kemudian dikonfirmasi oleh istrinya.
"Bapak itu ya dikenal kawan-kawannya mereka. Enggak ada yang berani begitu, polisi, tentara, enggak ada di sini ikut minta pilih-pilih,” ujar istri Tarigan.
Seperti diketahui, KPU Jakarta Timur (Jaktim) memberhentikan Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 28 Kelurahan Pinang Ranti, Jaktim, buntut temuan surat suara tercoblos untuk pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan KPU Jaktim, Rio Verieza mengatakan sang ketua KPPS melanggar kode etik. Sebab, ketua KPPS itu meminta petugas pengamanan langsung (pamsung) TPS untuk mencoblos surat suara tak terpakai.
"Di TPS 28 Kelurahan Pinang Ranti itu terjadi pelanggaran kode etik oleh Ketua KPPS dan pamsung. Jadi, Ketua KPPS itu menyuruh pamsung untuk mencoblos surat suara yang tidak terpakai," tegas Rio.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((FZN))