Jakarta: Tingkat keterpilihan atau elektabilitas petahana Isran Noor dan Hadi Mulyadi jauh tertinggal dari kompetitornya, Rudy Mas'ud-Seno Aji, di
Pilkada Kalimantan Timur (Kaltim) 2024. Elektabilitas petahana hanya mencapai 32,7 persen dan 8,6 persen belum memilih.
"Pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji mendapatkan angka elektabilitas yang cukup signifikan, yaitu sebesar 58,7 persen," kata Direktur Eksekutif LPMM, Alamsyah Wijaya, dalam keterangan pers, Selasa, 22 Oktober 2024.
Dalam kategori Top of Mind, yang merupakan pertanyaan terbuka, nama calon gubernur dan calon wakil gubernur petahana, Isran Noor dan Hadi Mulyadi, hanya dipilih spontan oleh 30,1 persen responden.
Sebaliknya pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji mencapi 51,7 persen suara. Sedangkan, 18,2 persen responden tidak memberikan jawaban.
Dalam pertanyaan tertutup di mana responden diminta memilih salah satu pasangan calon kepala daerah Kaltim, hasilnya menunjukkan pasangan petahana, Isran Noor dan Hadi Mulyadi, memperoleh 32,7 persen suara.
Kemudian pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji mendapatkan 58,7 persen suara. Selain itu, 8,6 persen responden tidak memberikan pilihan.
"Masih ada waktu sekitar lima minggu yang dapat dimanfaatkan. Namun, dengan selisih angka yang mencapai 25 persen dan sisa waktu yang terbatas, akan sangat berat bagi petahana untuk mengejar elektabilitas penantangnya," ungkapnya.
Dia menyampaikan meskipun sulit, bukan berarti mustahil mengejar tingkat keterpilihan Rudy Mas'ud dan Seno Aji. Tergantung pada strategi yang akan diterapkan oleh petahana dalam upaya meraih suara.
Menurut dia, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja petahana yang berada di bawah 50 persen menjadi salah satu penyebab rendahnya elektabilitas mereka.
Dalam temuan survei, ketika masyarakat Kaltim diminta menilai kinerja Isran Noor dan Hadi Mulyadi, hasilnya menunjukkan tingkat kepuasan (approval rating) terhadap kinerja mereka sebagai gubernur hanya mencapai 40,3 persen.
Rinciannya 32,4 persen responden merasa puas dan 7,9 persen merasa sangat puas. Sementara itu, publik yang tidak puas mencapai 51,4 persen, dan yang sangat tidak puas hanya 2,7 persen.
LPMM mencatat beberapa faktor berkontribusi terhadap potensi kekalahan Isran Noor dan Hadi Mulyadi sebagai petahana. Pertama, ketidakmampuan calon petahana untuk memberikan inovasi atau perubahan yang signifikan selama masa jabatannya.
Hal itu membuat masyarakat merasa di bawah pemerintahan mereka, Kalimantan Timur, yang kaya dengan sumber daya alam, tapi tidak berkembang secara optimal. Selain itu, tidak memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
"Jika calon petahana gagal menunjukkan proyek-proyek yang berhasil atau gagasan segar untuk masa depan Kalimantan Timur, yang akan menjadi Ibu Kota Negara, pemilih mungkin lebih memilih calon baru yang dianggap memiliki visi yang lebih baik," ucap dia.
Kedua, gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat juga dapat menyebabkan kekalahan calon petahana. Jika calon petahana tidak memperhatikan aspirasi masyarakat atau tidak responsif terhadap kebutuhan mereka, pemilih cenderung mencari perubahan dengan memilih calon baru yang menawarkan pendekatan kepemimpinan yang lebih sesuai.
Survei ini melibatkan 1.200 responden pada periode 10 hingga 20 Oktober 2024. Responden tersebar secara proporsional di tujuh kabupaten dan tiga kota di Kalimantan Timur.
Penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen dengan margin of error sebesar +/- 2,89 persen.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((DEN))