Jakarta:
Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukan elektabilitas Sendi Fardiansyah di Pemilihan Walikota
(Pilwalkot) Bogor 2024 meroket ke 20,9 persen dari sebelumnya hanya 6,1 persen. Elektabilitas Sendi berada di urutan kedua di bawah Dedie Rachim yang masih memimpin dengan 39,1 persen.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA Toto Izul Fatah mengatakan, pertarungan sengit itu potensial terjadi karena dua hal. Pertama, keduanya punya potensi untuk memperoleh tiket partai. Kedua, karena posisi elektabilitas kedua figur itu, Dedie Rachim dan Sendi Fardiansyah, yang cukup menarik.
Toto menjelaskan, kedua kandidat tersebut dianggap menarik karena memiliki tren elektabilitas yang berbeda. Ia menyebut, Dedie sebagai
incumbent punya tren yang stagnan meski masih memimpin. Di sisi yang lain, Sendi punya tren yang meroket, meskipun masih berada dibawah Dedie.
"Tren elektabilitas Sendi bisa naik lagi setelah sejumlah partai resmi mengusung dirinya. Biasanya, keraguan memilih itu juga muncul karena dianggap belum tentu dapat tiket partai," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 20 Juli 2024.
Dalam kontestasi Pilkada, termasuk Pilpres, jelas Toto, tren elektabilitas itu menjadi variabel penting yang harus dilihat. Dari pengalaman selama ini, kandidat yang punya tren naik punya potensi menyalip kandidat diatasnya. Sebaliknya, kandidat yang trennya stagnan, apalagi turun, biasanya akan terus turun.
“Ini data yang
goodnews buat Sendi. Tapi
badnews buat Dedie. Bayangkan, naik dari 6,1 ke 20,9 persen itu sangat signifikan dalam simulasi 14 calon. Sementara, Dedie Rachim dari dua kali survei, posisinya masih masih belum beranjak jauh, yaitu sekitar 39 sampai 40-an persen,” ujar dia.
Sementara kandidat lain, yakni Atang mendapatkan 10,0 persen dalam survei tersebut, disusul Raendi Rayendra 9,8 persen, Jenal Mutaqin 4,8 persen, Rusly Prihatevy 4,3 persen dan lain-lain. Saat dikerucutkan menjadi enam calon, Sendi naik lagi ke 24,5 persen, sementara Dedie mendapat 40,9 persen.
Ia menyebut, variabel lain yang harus dilihat dalam membaca peluang adalah tingginya pemilih yang masih berkategori
soft supporter, yaitu gabungan pemilih yang sudah memilih tapi bisa berubah dengan yang belum punya pilihan sama sekali. Itulah pemilih cair yang sering disebut sebagai lahan tak bertuan.
“
Soft supporter-nya masih 49 persen. Ini jumlah pemilih yang masih bisa diperebutkan. Sementara,
strong supporter-nya belum ada yang tembus 30 persen. Pada bagian lain, baru 18,6 persen publik yang sudah menentukan pilihannya dari sekarang. Mayoritas publik, masih menunggu,” ungkapnya.
Adapun survei dilakukan mulai 11 hingga 16 Juli 2024 dengan menggunakan metode standar
multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada 440 responden dengan
margin of error 4,8 persen.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((END))