Jakarta: Narasi digelarnya Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) Jakarta 2024 hanya
satu putaran dari para bakal pasangan calon gubernur-wakil gubernur dinilai menyesatkan. Narasi tersebut tak menjadi soalan jika sebatas digulirkan sebagai bentuk optimisme. Namun, ketika didasarkan dengan alasan menghemat anggaran, akan menimbulkan persoalan tersendiri.
Direktur Democracy And Election Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati mengatakan, Pilkada Jakarta 2024 harus berjalan secara alamiah. Ia berharap tidak ada operasi rahasia di balik narasi satu putaran. Sebab, narasi tersebut dinilai menyesatkan masyarakat.
"Satu putaran ataupun dua putaran di DKI Jakarta keduanya harus berjalan alamiah, tidak
by design dan settingan, apalagi dengan menyampaikan narasi yang bisa menyesatkan masyarakat," katanya kepada
Media Indonesia, Minggu, 8 September 2024.
Neni yakin bahwa penyelenggara Pilkada Jakarta 2024 pasti sudah mempersiapkan anggaran jika seandainya kontestasi harus berjalan dua putaran karena tidak ada pasangan calon yang meraih suara 50 persen plus satu. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk memaksakan penyelenggaraan pilkada digelar satu putaran.
"Jadi ini bukan alasan kuat. Saya berharap bakal calon gubernur-wakil gubernur berhenti untuk memproduksi narasi-narasi menyesatkan dan kontraproduktif," sambungnya.
Bagi Neni, narasi satu putaran yang terus digulirkan justru berpotensi mengganggu proses penyelenggaraan pilkada di Jakarta. Selain itu, integritas penyelenggara pemilu juga seolah dipaksa harus masuk skenario satu putaran.
"Rakyat yang menentukan pilihan, tetapi mereka juga berhak menentukan calon pemimpinnya yang terbaik dengan mengecek rekam jejak masing-masing kandidat," ungkap Neni.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((END))