Jakarta: Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Dr Ujang Komarudin berharap masyarakat bersikap kritis dalam membaca hasil survei terkait
Pilgub NTT 2024. Sebab, hasil
survei sering dibuat menjadi alat kampanye politik.
"Pemilih harus kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh hasil survei. Meskipun survei adalah alat penting untuk mengukur dukungan publik, tetapi harus dilakukan dengan metode yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan," kata Ujang melalui keterangan tertulis, Jumat, 11 Oktober 2024.
Menurut Ujang, hasil survei kadang dianggap menjadi bagian dari
framing atau marketing politik dalam rangka meningkatkan elektabilitas calon-calon di pilkada. Namun, survei dinilai bukan penentu kemenangan.
"Masyarakat NTT tentunya harus kritis membaca dan pahami hasil survei yang mungkin bias jadi alat kampanye politik," ungkap dia.
Ujang menyebut tak jarang hasil survei berbeda. Hal itu dinilai membingungkan bagi masyarakat.
"Misalkan saja, dengan data dan responden yang sama, tiba-tiba ada satu lembaga survei merilis calon A yang unggul, sementara banyak lembaga-lembaga survei lain merilis calon B yang menang. Tentunya hasilnya meragukan dan jadi pertanyaan juga?," sebut dia.
Ujang meminta masyarakat tak bergantung pada hasil survei saat memilih calon yang didukung. Masyarakat diharapkan fokus pada rekam jejak, integritas, dan visi misi kandidat.
Sebelumnya, lembaga survei Indikator Politik Indonesia baru-baru ini merilis hasil survei terkait elektabilitas pasangan cagub dan cawagub NTT yang berlaga di Pilkada 2024.
Hasil survei menunjukkan pasangan Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) dan Jane Natalia Suryanto meraih 36,6 persen. Sementara pasangan Emanuel Melkiades Laka Lena (Melki Laka Lena) dan Johni Asadoma 27,4 persen, disusul pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu yang meraih 23,9 persen.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ABK))