Bogor: Survei yang dirilis aplikasi navigasi dan lalu lintas, Waze, cukup menyentakkan warga Kota Bogor, Jawa Barat. Daerah berjuluk Kota Seribu Taman ini berada di peringkat kedua terbawah dengan kategori 'kota dengan pengalaman berkendara terburuk di dunia'.
Dari indeks kepuasan tertinggi 10, Kota Bogor hanya mengantongi indeks 2,1. Setingkat lebih baik dari Cebu, Filipina. Walhasil, Bogor berada di peringkat 185 dari 185 kota di dunia.
Survei itu dirilis di laman resmi
Waze pada 15 September 2016. Tepat lima bulan setelah Sistem Satu Arah (SSA) diterapkan di sekeliling Kebun Raya Bogor oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Bima bergeming. Ia menyebut SSA adalah revolusi lalu lintas di Kota Bogor. Ia yakin sistem itu akan memperlancar lalu lintas di sana. Apalagi, ia juga menata pusat kota dengan hamparan taman.
Ia yakin SSA adalah langkah awal mewujudkan Kota Bogor ramah untuk keluarga. Impian yang hendak ia wujudkan di periode kedua jika terpilih lagi menjadi wali kota.
Ya, Bima Arya kembali maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bogor 2018. Ia menggandeng Dedie Rachim, mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Bagaimana upaya dia mempertahankan tahta? Berikut wawancara wartawan
Medcom.id,
Al Abrar, Misbahol Munir serta videografer
Tio dan
Dimas, bersama Bima Arya, akhir pekan lalu. Wawancara dilakukan di sela-sela blusukan.
Soal Sistem Satu Arah (SSA), bagaimana ide itu tercetus?
Ketika dilantik saya meminta tim peneliti yang terdiri dari pegawan negeri sipil (PNS), peneliti kampus, dan pegiat lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk merumuskan penataan Kota Bogor 30 tahun ke depan. Salah satu rekomendasinya adalah pengaturan lalu lintas.
Saya minta dikaji karena sudah puluhan tahun Bogor tidak mengubah
traffic management-nya, salah satunya rekomendasi berdasarkan kajian, analisis, dan hitungan harus dilakukan sistem satu arah.
Ini kita diskusikan selama satu tahun, kita debat, kita diskusikan dan akhirnya kita jalankan. Awalnya memang ada pro-kontra, tapi lama-lama berjalan baik. Berdasarkan survei, SSA ini dapat mengurai kemacetan di beberapa titik.
Memang saya akui ada ekses dari pemberlakuan SSA. Nah, ekses inilah yang harus kita antisipasi. Seperti di Bogor Timur dan Bogor Tengah, ada kemacetan di wilayah Bantarjati dan Binamarga. PR kita semua untuk mengantisipasi dampak itu.
Sudah 4 tahun Anda memimpin Kota Bogor, Anda puas?
Selama empat tahun saya menjalani tugas sebagai wali kota, tentu ada hal yang sudah kita lakukan. Pada dasarnya saya membangun pondasi baru untuk perubahan. Tetapi, banyak juga hal yang belum tuntas.
Selama empat tahun ini kita fokus beberapa hal yang menjadi prioritas. Dan yang paling menjadi perhatian warga itu macet. Jadi, selama ini kami berusaha membangun landasan.
Ada tahapan-tahapan yang sudah dilakukan karena ditunggu warga bagaimana kita menyelesaikan kemacetan. Tidak mungkin semua bakal tuntas dalam empat atau lima tahun. Nah, karena itu saya memiliki rencana jangka panjang. Kita sudah menentukan
Bogor Transportation Program. Dan itu ada tahapannya.
Jadi, saat ini angkot sudah mulai dikonversi menjadi bus. Dan sudah ada sistem untuk mengurai kemacetan. Bagi saya penting untuk menyampaikan kepada warga Bogor bahwa dua atau tiga tahun ke depan jumlah angkot akan berkurang di Kota Bogor karena dikonversi menjadi bus.
Kendala utama menyelesaikan macet?
Macet itu multidimensi. Faktor utamanya adalah pembangunan yang terpusat di pusat kota. Sehingga, semua menuju ke pusat kota. Langkahnya apa? Kita lakukan moratorium, memperketat izin bangunan baru.
Yang kedua adalah membangun jalur-jalur alternatif. Selama ini koridor utama itu kan Jalan Junda dan Jalan Padjajaran. Kita berusaha menuntaskan jalur-jalur lain agar tak perlu lewat Kota Bogor kalau ada yang ingin ke Sukabumi atau ke Kabupaten Bogor.
Langkah ketiga adalah mengurai angkot dengan cara konversi tadi. Ini dilakukan secara bertahap dan sudah ada dalam skema saya. Rasanya sayang kalu kita setop sekarang.
Kemacetan Kota Bogor. Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Yang belum terlaksana selama menjabat?
Saya rasa ada dua hal utama. Pertama berkaitan dengan fisik seperti konversi angkot. Aspek lain yang menjadi bagian dalam mengurai kemacetan yaitu menata pedagang kaki lima (PKL). Beberapa titik sudah direlokasi tapi harus saya akui beberapa titik memerlukan konsentrasi, seperti Pasar Anyar dan Pasar Bogor itu masih semrawut, tapi dalam dua atau tiga tahun akan kita tuntaskan.
Yang kedua adalah kebutuhan warga tinggal di rumah layak huni. Jadi, salah satu program kami adalah menambah bantuan untuk pemilik rumah tak layak huni (RTLH). Dalam satu tahun permohonan untuk renovasi rumah bisa mencapai 9.000 rumah.
Jadi warga yang kalau panas, ya, kepanasan. Kalau hujan, ya, kehujanan. Rumah yang terkena banjir itu jumlahnya banyak sekali. Ke depan kita prioritaskan itu.
Kami juga akan membangun infrastruktur di kelurahan-kelurahan seperti membangun jalan, akses air bersih, dan pemasangan lampu-lampu.
Apakah cukup dengan APBD Kota Bogor yang terbatas?
Porsi APBD bisa ditambah asal ada kesepakatan dengan DPRD dan alokasi untuk pos-pos anggaran lain bisa ditunda. Kedua, kita bisa mengakses bantuan dari pusat dan provinsi.
Bisa juga memanfaatkan CSR (bantuan sosial perusahaan). Saat ini BUMD dan BUMN sudah mengusulkan bantuan untuk merenovasi RTLH. Ke depan kita jahit semua sehingga angkanya bisa ditambah.
Anda memilih Dedie Rachim maju di periode kedua, pembagian tugasnya nanti seperti apa?
Saya bersyukur bisa didampingi Dedie Rachim, mantan penyidik KPK yang insyaallah ke depan kita akan berbagi tugas berdasarkan pengalaman Kang Dedie di KPK.
Insyaallah Kang Dedie nanti memberikan penguatan untuk menjadikan pemerintah Kota Bogor yang bersih dan melayani. Kang Dedie akan fokus membangun reformasi yang bersih, merumuskan tunjangan berbasis kinerja, dan memastikan pengelolalaan APBD yang tepat sasaran. Ketiga hal itu akan menjadi prioritas.
Apakah dengan wakil sebelumnya ada masalah?
Saya tidak mau bicara masa lalu. Masa lalu itu harus dijadikan evaluasi mana yang bisa dipertahankan dan mana yang tidak. Jadi, selalu ada plus-minus. Ada pembelajaran dari proses masa lalu untuk menatap masa depan yang lebih baik.
Apa yang membedakan Anda dengan calon lain?
Jelas saya petahana. Sudah empat tahun berikhtiar untuk menggulirkan program. Jadi, warga lebih bisa menilai. Silakan menilai apa yang sudah saya lakukan, apa yang belum saya lakukan, dan apa yang akan saya lakukan. Dan tentunya lebih mudah menilai orang yang sudah memulai daripada orang yang belum sama sekali.
Siapa lawan kuat Anda?
Bagi saya semua kuat. Saya tidak pernah menganggap satu lebih ringan atau yang lain lebih berat. Namanya politik apapun bisa terjadi. Politik itu seni segala kemungkinan. Dan survei adalah salah satu referensi dan rujukan saya. Yang pasti kita terus bergerilya, menyapa, dan mendengar warga.
Di bawah pimpinan Anda, pembangunan di Bogor disebut timpang. Anda dinilai lebih banyak mengutamakan pembangunan di pusat dibandingkan dengan daerah pinggiran...
Jawaban saya jelas, tak mungkin kota bisa terbangun dengan baik dan kualitasnya sama dalam kurun tiga atau empat tahun. Di seluruh dunia enggak ada itu. Artinya, harus ada prioritas.
Kedua, pusat kota adalah etalase kota. Pekarangan utama kita yang harus ditata. Selanjutntya baru pembenahan di wilayah. Artinya apa? Sudah ada contoh di pusat kota; tamannya, jalur sepeda, dan jalur pejalan kaki, tinggal diduplikasi dan direplikasi di wilayah.
Namun, perlu saya sampaikan juga, enggak betul pembangunan itu terpusat di tengah kota. Kalau dilihat dari komponen APBD, hibah dan bantuan sosial untuk pejalan kaki dan sejumlah sarana lain sangat besar. Banyak loh yang berubah di wilayah, seperti trotoar dan penerangan jalan di wilayah.
Apa tanggapan Anda dengan masih banyaknya anak putus sekolah?
Visi yang kita sampaikan saat ini adalah mewujudkan Kota Bogor yang ramah untuk keluarga. Artinya seluruh warga kita perhatikan mulai dari lansia hingga anak. Kota Bogor harus menjadi kota yang nyaman untuk semua kalangan, termasuk untuk fasilitas pendidikan dan layanan kesehatannya.
Untuk anak, Bogor harus menjadi kota yang ramah anak.
Alhamdulillah tahun lalu Bogor dinyatakan sebagai kota ramah anak. Jadi, tidak hanya infrastrukturnya yang kita perbaiki, kultur juga harus diperhatikan.
Dalam dua tahun terakhir ini saya kerap meminta lurah untuk menghapus angka putus sekolah. Kami terus tingkatkan APBD untuk mencegah angka putus sekolah.
Pengelolaan sampah di Kota Bogor disebut masih semrawut dan menyumbang banjir bagi Jakarta?
Kita mendorong warga untuk memilah sampah dari hulu. Saat saya dilantik dulu, bank sampah itu kurang dari dua tangan jari. Sekarang sudah ada 200 bank sampah. Kita berusaha membuat warga terbiasa mengelola sampah dari rumah tangganya.
Berdasarkan catatan, jumlah sampah yang diangkut ke TPA Galuga juga berkurang. Dari 600 hingga 650 ton, kini menjadi 500 ton. Pengurangan hingga 100 ton itu saya kira sangat signifikan.
Ada rencana memindahkan TPA yang saat ini letaknya di kabupaten ke kota?
Kami sedang menunggu proses akhir pembagunan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Nambo, Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Ini sudah MoU dengan provinsi, tapi selalu dijanjikan akan segera rampung. Ya, mudah-mudahan tahun depan bisa akan segera pindah ke sana.
Anda berniat menjadikan Bogor menjadi salah satu kota maju di dunia?
Bogor itu kota yang nyaman. Kita mengarahkan kota yang nyaman untuk keluarga. Kita punya taman, punya jalur pejalan kaki. Kita punya udara yang segar. Itulah yang akan dijaga. Ke depan juga Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor akan menjadi pusat kota yang dilindungi dan akan menjadi wajah kota Bogor.
Pasangan Bima-Dedie identik dengan atribut kotak-kotak hitam putih. Meniru kesuksesan Joko Widodo?
Tidak. Kita hanya ingin menonjolkan identitas bahwa kita bisa merangkul semua golongan. Kami juga didukung oleh sejumlah partai yang menjadi barisan koalisi, tapi semua bersepakat untuk menahan dulu identitas partai dan menonjolkan hitam putih yang maknanya lebih tegas dan lebih lugas. Ini melambangkan akslerasi pembangunan di Bogor.
Dana kampanye berasal dari mana?
Sama seperti kampanye lalu, ada dana yang bersumber dari pribadi, keluarga, sahabat, kerabat, dan sumbangan kolektif. Seperti, warga yang patungan, pengusaha yang menyumbang, tapi semua harus dipastikan sesuai aturan. Kalau
nyumbang harus dilaporkan dan ada batasnya.
Parpol ikut menyumbang?
Parpol tidak ada yang
nyumbang, sumbangan terbesarnya itu dalam bentuk politik dan jaringan politik. Setiap hari saya menyambangi partai, bergerilya berdasarkan rekomendasi dari jaringan partai dan relawan. Saya kira itu sumbangan terbesar partai.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/4KZOA1gN" allowfullscreen></iframe>
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((UWA))